Home BERITA Keradikalan Menjadi Murid Yesus

Keradikalan Menjadi Murid Yesus

0
Ilustrasi: Keradikalan menjadi murid Yesus. (Ist)

Bacaan 1: Am 2:6-10. 13-16
Injil: Mat 8:18-22

DI dalam keseharian di masyarakat, kata radikal dan radikalisme sering menjadi momok dan berkonotasi negatif dikaitkan dengan teroris.

Padahal Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) memberi makna agak berbeda di antara keduanya.

Radikal berarti, secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip): perubahan yang; amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); maju dalam berpikir atau bertindak.

Sedangkan radikalisme merupakan paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam aliran politik.

Berdasarkan makna dari kamus di atas, radikalisme memang sudah mengandung unsur kekerasan. Sedangkan radikal berarti hal-hal yang mendasar atau prinsip.

Pemaknaan radikalisme seolah terbagi. Satu sisi menarik bagi pihak lain. Namun juga menjijikkan bagi pihak lainnya.

Ada unsur kepahlawanan namun juga kekejaman, ada harapan namun juga ketakutan.

Dalam bacaan injil hari ini, Tuhan Yesus menuntut keradikalan menjadi murid-Nya.

Umat harus memiliki prinsip yang jelas.

Seorang ahli Taurat mengira bahwa menjadi murid-Nya adalah sesuatu yang nyaman dan enak. Namun dijawab Yesus bahwa menjadi murid-Nya tidak ada jaminan kenyamanan.

Lalu seorang “murid” yang lain meminta ijin untuk menghadiri pemakaman keluarganya. Yesus menuntut bahwa ia harus memilih antara menjadi murid-Nya atau keluarga.

“Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.

Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”

Sebuah tuntutan ekstrim yang menunjukkan bahwa panggilan mengikuti Kristus mengatasi semua kewajiban termasuk pemutusan hubungan dengan keluarga.

Kesabaran Tuhan dalam menghadapi Bangsa Israel kuno mungkin sudah habis.

Penguasa dan pemimpin agama menindas umat dalam hal keadilan, mereka yang terlilit utang dijadikan budak, pelecehan seksual bahkan oleh ayah dan anak. Hukum Taurat yang diturunkan untuk bangsa itu seolah tak ada gunanya.

Atas perilaku itu, Allah akan menghukum lewat Nabi Amos dan tak ada seorang pun yang mampu bertahan karena kuatnya kuasa Allah.

Pesan hari ini

Apakah saya sanggup meninggalkan zona nyaman dan menanggapi panggilan-Nya?

Tuhan sanggup menghukum siapa saja yang melecehkan dan menindas sesamanya.

“Satu pertemuan dengan Yesus Kristus sudah cukup untuk mengubahmu, secara instan, selamanya.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version