Kamis, 10 November 2022
- Flm. 7-20.
- Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10.
- Luk. 17:20-25.
PENGALAMAN bersama Tuhan itu sangat pribadi. Semua orang bisa merasakan sesuai dengan kedalaman pembatinannya.
Semakin orang rendah hati mengakui kerapuhannya, semakin pula mata hatinya melihat Tuhan yang berkarya dalam hidupnya.
Bahkan dalam kejatuhan dan kegagalannya, orang bisa semakin menyadari peran serta Tuhan yang setia dan tidak pernah meninggalkannya.
Demikian juga Kerajaan Allah itu hadir dalam situasi hati yang terbuka pada-Nya.
Kebaikan yang mewujud dalam hidup bersama merupakan gambaran kecil Kerajaan Allah yang hadir dan mewarnai hati komunitas atau pribadi-pribadi yang ada.
“Saya menemukan kebaikan Allah dalam keresahan dan kritikan dari orang-orang lain,” kata seorang bapak.
“Waktu itu, saya dipercaya untuk menjadi pimpinan sebuah perusahaan,” ujarnya.
“Dalam waktu yang tidak terlalu lama perusahaan itu banyak perubahan ke arah positif,” ujarnya
“Namun kemudian, ada banyak masalah yang membuat karyawan kurang fokus hingga perusahaan berangsur-angsur merugi,” sambungnya.
“Suasana kerja berubah yang sebelumnya sangat guyub berubah menjadi dingin dan kurang saling membantu,” ujarnya.
“Bahkan kadang banyak cacat produksi dan itu sangat merugikan perusahaan,” lanjutnya.
“Baru kemudian kami temukan penyebab itu semua adalah kurang adilnya pembagian bonus,” tuturnya.
“Ada beberapa karyawan yang senior merasa kurang puas dan kecewa karena bonusnya lebih rendah daripada beberapa karyawan yang menurutnya masih baru,” paparnya.
“Sikap mereka yang diam namun resah itu, saya tengkap sebagai kegelisahan,” lanjutnya.
“Setelah mendengar banyak data akhirnya saya bertemu perwakilan mereka dan saya berusaha menjelaskan tentang bonus yang diterima sesuai jam lembur dan partisipasi mereka,” sambungnya.
“Pembicaraan itu mengubah semangat mereka dan menjadi landasan untuk berubah dan berjuang bersama,” lanjutnya.
“Sehati dan sepaham membuat suasana hidup bersama lebih baik dan menyenangkan,” tegasnya.
“Hilangnya kegelisahan dan diganti harapan telah mengubah suasana kerja dan hidup bersama,” tuturnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana. Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”
Tuhan Yesus hari ini bicara tentang “hadirnya kerajaan Allah”. Dia sendirilah Kerajaan Allah itu. Dia jalan, Dialah pintu, Dialah awal dan akhir.
Jadi tidak usah harus mencari atau menemukan jalan, kebenaran di tempat yang lain.
Dialah yang maha sempurna. Tidak usah kita harus mencari yang lain. Apalagi mau menemukan kebenaran dalam kepalsuan manusia.
Kebencian, iri hati dan marah sering kali membuat kita buta untuk sekedar merasakan bahwa kerajaan Allah itu hadir di tengah kita, hidup di tengah keluarga kita.
Berbagi kegembiraan dengan orang lain, turut merasakan duka cita dengan mereka yang sedang tertimpa kemalangan adalah sikap-sikap yang menghadirkan kerajaan Allah.
Mengenal dan merasakan hadirnya kerajaan Allah tidak cukup hanya dengan doa, tetapi melakukan karya nyata juga adalah tanda hadirnya kerajaan Allah.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah kehadiranku di tengah keluarga, komunitas telah menampilkan perilaku yang membawa damai, sukacita, kejujuran dan kebenaran?