Renungan Harian
Kamis, 7 April 2022
Bacaan I: Kej. 17: 3-9
Injil: Yoh. 8: 51-59
BEBERAPA tahun yang lalu, saya bersama dengan teman-teman diminta mendampingi pembinaan anak-anak muda. Dalam program pendampingan ini kami menggunakan metode-metode permainan-permainan baik indoor maupun outdoor.
Setiap kali selesai dengan permainan-permainan kami selalu meminta semua peserta untuk membuat refleksi dan evaluasi atas permainan yang sudah mereka jalani.
Salah satu hal yang direfleksikan adalah hal-hal yang mendukung keberhasilan dan hal-hal yang menghambat keberhasilan.
Ada satu kelompok dalam presentasi refleksinya selalu menceritakan hal-hal yang menghambat keberhasilan adalah adanya satu teman anggota kelompok yang seringkali tidak menuruti komitmen yang sudah dibuat oleh kelompok.
Teman-teman kelompok melihat bahwa satu teman itu selalu bertindak semaunya sendiri.
Bertolak hasil refleksi kelompok ini, kami meminta salah satu pendamping untuk lebih memberi perhatian kepada kelompok tersebut dan anak yang selalu disebut dalam presentasi kelompok.
Pada malam hari saat kami para pendamping mengadakan refleksi dan evaluasi, pendamping yang kami minta memberi perhatian khusus pada kelompok yang kami maksud menjelaskan bahwa memang anak yang dimaksud seringkali mengambil tindakan-tindakan di luar komitmen kelompok sehingga sungguh-sungguh mengganggu.
Sudah beberapa kali diingatkan agar mentaati komitmen bersama, tetapi tetap tidak membuahkan hasil.
Menurut pendamping, anak ini sesungguhnya semangatnya luar biasa akan tetapi menjadi berlebihan dan sulit untuk dikendalikan.
Esok hari, kami mengadakan acara outdoor di sebuah kolam renang.
Malam hari sebelum peserta tidur sudah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang berguna untuk keselamatan dan kebaikan bersama.
Penjelasan itu antara lain, setiba di kolam renang peserta tidak boleh ada yang langsung masuk ke air, tetapi semua harus mengikuti pemanasan dan peregangan. Peserta selama di dalam kolam renang diminta untuk tetap menggunakan pelampung.
Esok hari ketika sampai di kolam renang, anak itu langsung nyebur dan berenang. Pendamping mengingatkan dan minta dia untuk segera keluar dari air.
Saat mulai dengan pemanasan dan peregangan anak itu terlihat tidak sungguh-sungguh berkali-kali diingat dan tidak mau mengerti.
Saat mulai dengan permainan anak itu mulai masuk ke air dan melepas pelampung. Pendamping mengingatkan dan meminta anak itu memakai pelampung, tetapi tidak digubris.
Akibatnya, baru mulai permainan anak itu terlihat kelelahan dan mengalami kram kaki. Anak itu ditolong dan dibantu untuk pemulihan. Sehingga selama acara di kolam renang, dia hanya menjadi penonton. Wajahnya nampak kesal dan marah.
Pada saat refleksi untuk pertama kalinya dia mengakui bahwa dia salah, dia terlalu sombong dan percaya diri sehingga akibatnya mencelakakan dirinya sendiri.
Selama ini dia merasa tidak mengganggu teman-temannya dan dia meminta maaf pada teman-temannya.
Pengalaman anak muda peserta pembinaan itu mengingatkan aku pada pengalaman hubunganku dengan Tuhan.
Aku seperti anak muda itu yang seringkali bertindak seenaknya sendiri, merasa hebat, merasa kuat.
Aku sering kali menerjang berbagai aturan karena merasa mampu dan sebagai akibatnya mencelakakan diri sendiri.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa menuruti firmanKu, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”