Renungan Harian
Senin, 29 November 2021
Bacaan I: Yes. 2: 1-5
Injil: Mat. 8: 5-11
PADA suatu kesempatan, ada seorang bapak bertanya: “Romo, apakah kalau saya mengaku dosa, Tuhan masih mau mengampuni saya? Apakah Tuhan tidak lelah untuk mengampuni saya? Saya ini seperti kebo (kerbau) Romo.”
“Tuhan pasti mengampuni, karena Tuhan mencintai kita, dan Tuhan juga tidak akan pernah lelah untuk mengampuni.
Dari Kitab Suci kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah lelah menanti dan mencari dombaNya yang hilang,” jawab saya.
“Maaf Pak, kalau boleh tahu apa hubungannya dengan kerbau?” tanya saya.
“Romo, saya ini orang desa, tukang “angon kebo” (penggembala kerbau) Romo. Bapak saya punya empat ekor kerbau yang digunakan untuk membajak sawah.
Selain untuk membajak sawah kami, kerbau-kerbau itu juga untuk buruh membajak sawah orang lain. Kalau urusan membajak sawah itu pekerjaan bapak, sedangkan tugas saya adalah angon.
Setiap hari pulang sekolah saya selalu angon kebo. Salah satu tugas angon selain membawa kebo ke lapangan yang banyak rumput adalah memandikan kerbau di sungai.
Tugas yang paling berat dan menjengkelkan adalah memandikan kerbau.
Romo, pasti tahu bahwa kerbau itu kebiasaannya adalah “njerom” (berkubang) di lumpur bahkan kalau di kandang pasti juga “njerom” sehingga penuh dengan kotorannya sendiri.
Kerbau-kerbau kami tidak pernah menjadi bersih. Setiap kali habis dimandikan sampai bersih, besok di bawa angon pasti sudah kotor.
Saya sering kali mengeluh ke bapak: “Untuk apa saya memandikan kerbau setiap hari, toh tidak memberi dampak apa-apa. Setelah dimandikan, dimasukkan ke kandang yang sudah dibersihkan tidak lama kemudian pasti sudah kotor dengan kotorannya sendiri yang menempel di tubuhnya.”
Bapak saya selalu mengatakan: “Tugasmu itu angon jadi memandikan dan membersihkan kandang itu sudah menjadi tugasmu. Soal kerbau habis dimandikan dan kotor lagi, ya tidak apa-apa tetapi minimal pernah bersih.”
Romo, sering kalau bapak saya pergi, maka saya tidak memandikan kerbau dan membersihkan kandangnya, saya bosan dan lelah.
Itulah pengalaman saya waktu kecil.
Sekarang ini saya merasa seperti kerbau itu Romo. Saya suka berkubang dalam lumpur dosa. Baru saja saya merasa diampuni sudah belepotan lagi. Nah Tuhan seperti saya tidak ya Romo, bosan dan lelah melihat saya?” bapak itu menjelaskan.
Bagi saya pengalaman iman bapak ini sebuah pengalaman iman yang hidup. Pengalaman yang bertumbuh dan berkembang dalam pengalaman.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, pengalaman iman perwira ini berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari.