Kerja Senang Hati Senang tanpa Kuatir

0
543 views
Ilustrasi: Suster yang berkarya di bagian rumah tangga dengan pekerjaan setiap hari memasak. (Sr. Fransiska FSGM)

Selasa, 5 Oktober 2021

  • Yun.3:1-10.
  • Mzm.130:1-4ab.7-8.
  • Luk.10:38-42

BANYAK orang terperangkap dalam rutinitas hingga pekerjaan yang dulu dirasa menyenangkan berubah menjadi beban.

Bukan masalah beban kerja yang berubah menjadi lebih sulit atau lebih berat. Namun tergerusnya kegembiraan dan semakin memudarnya komitmen bisa membuat semuanya terasa membosankan.

Tidak sedikit orang yang mencoba mengembalikan sukacita dalam karya.

Namun tidak sedikit orang yang tidak bisa melepaskan diri dari jeratan masalah pekerjaan. Itu karena terbentur dengan perilaku orang lain. Baik itu rekan kerja atau sikap pimpinan.

“Saya merasa pimpinan kurang bijak, karena memilih orang yang pandai cari muka namun minim prestasi,” kata seorang bapak.

“Maka tidak mengherankan bahwa kinirja amburadul,” lanjutnya.

“Pemilihan pada posisi penting malah diberikan pada orang yang track record-nya kelam,” ujarnya.

“Salah satu kesalahan saya adalah saya tidak bisa mengambil hati pimpinan dengan mencari muka di hadapannya,” ujarnya lagi.

“Saya hanya berusaha kerja baik, supaya pimpinan bisa melihat dengan adil. Namun itu seakan tidak ada gunanya. Pimpinan tidak merasa perlu orang yang kerja baik, tetapi perlu orang yang nurut dan menyenangkan hatinya,” katanya lagi.

“Percuma kerja baik, jika tidak pernah diapresiasi, dan yang lain kerja seenak sendiri,” katanya.

Hari ini kita dengar bacaan Injil demikian, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Dari kebiasaan di dalam rumahtangga seharusnya Maria ada bersama dengan Marta mempersiapkan dan menyediakan segala sesuatu untuk menjamu kedatangan Yesus.

Wajar jika Marta protes, namun Yesus tidak mempersalahkan Marta atau pun Maria.

Yang menjadi permasalahan bagi Marta adalah terletak pada sikap hatinya. Sebab tidak ada yang salah jika dilihat dari niatnya yang tulus untuk berbuat yang terbaik bagi Yesus.

Itulah sebabnya Yesus mengatakan “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”. 

Kekawatirannya telah membawa dia pada sikap yang salah sampai-sampai dia telah memerintah Tuhan Yesus.

Marta sampai lupa untuk apa dan untuk siapa menyibukkan dirinya.

Bagaimana dengan diriku?

Untuk apa dan untuk siapa aku bekerja?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here