UNGARAN, Kabupaten Semarang (Minggu, 03/01/2016) – Dusun Glepung menjadi ruang dan saksi persaudaraan antarwarga dalam keberagaman sebab di Dusun ini, meski yang beragama Katolik hanya satu keluarga saja, yakni keluarga Hadi; namun di rumah Hadi diselenggarakan Natalan bersama Umat Lingkungan Emmanuel Paroki Kristus Raja Ungaran. Radius teritorial lingkungan ini meliputi beberapa tempat, Dusun Glepung sendiri, Desa Kalongan, dan Kawengen. Di Kawengen pun, yang beragama Katolik juga hanya satu keluarga, itu pun, hanya seorang ibu dan putrinya, sementara sang suami tidak beragama Katolik. Namun, mereka hidup rukun dan harmonis, lahir maupun batin.
Demikian pula di Dusun Glepung, meski yang beragama Katolik hanya satu keluarga dan kini tinggal pasangan suami-istri Hadi – sebab anak-anak sudah pergi ke luar daerah (di Jakarta maupun Yogyakarta) bersama keluarga masing-masing, toh Natalan bersama untuk warga yang beragama Katolik tetap berlangsung dengan baik. Yang istimewa adalah bahwa bapak-bapak warga Glepung yang beragama lain pun turut hadir dan menikmati kebersamaan yang penuh persaudaraan itu. Pak Suji memberi keterangan sebagai wakil Kadus Glepung, “Kerukunan di dusun ini sudah terbangun sangat lama dan kami baik-baik saja. Kami undangan untuk menghadiri Natalan bersama umat Katolik juga kami sambut baik dan kami hadir sebagai sesama warga dusun ini. Meski berbeda agama, kita sama-sama menjadi keluarga Allah seperti yang menjadi tema Natalan ini dan ditulis di dekorasi itu.” Begitulah sambutan yang disampaikannya selaku wakl Kadus yang mewakili Pak Kadus yang sedang ada acara keluarga di tempat lain. Hal yang sama juga disampaikan oleh Mas Toro yang menjadi Ketua Lingkungan Emmanuel tersebut. Sebagai Ketua Lingkungan Emmanuel, Toro merasa bangga dan bahagia sebab warga masyarakat di situ memiliki semangat toleransi yang tinggi.
Saat saya sebagai Romo di Paroki Ungaran tiba di tempat, dalam keadaan hujan deras itu, para tokoh Dusun Glepung yang sudah hadir juga menyambut dengan penuh keramahan. Mereka sudah lebih dahulu hadir di situ sejak pukul 11.00 WIB hingga 13.30 WIB dan baru meninggalkan acara setelah sambutan yang saya berikan. Dalam sambutan saya, baik sebagai Romo Pembantu Paroki, maupun sebagai Wakil Ketua FKUB Jateng dan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, saya sampaikan ucapan terima kasih dan syukur atas contoh kebersamaan warga setempat yang rukun dan damai sebagai keluarga besar Allah meski berbeda agama. Semoga yang terjadi di Dusun Glepung ini menjadi berkat bagi umat dan masyarakat yang semakin luas di mana saja, bahwa sebagai warga masyarakat dan warga bangsa, kita tetap hidup dalam semangat rukun dan harmonis. Terima kasih kepada para Bapak warga Dusun Glepung yang dengan segala kesabaran dan kebaikan berkenan hadir dalam Natalan bersama ini, meski warga Glepung yang beragama Katolik hanya satu keluarga saja.
Suasana rukun, damai dan sukacita yang terjadi dalam Natalan bersama di Dusun Glepung, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur itu dibangun oleh kehadiran mulai dari anak-anak, remaja, orang muda, orang dewasa, ibu bapak dan kakek nenek yang guyup. Hujan deras yang sempat mematikan saluran listrik sehingga perangkat sound sistem agak terganggu tidak membuat acara menjadi beku, melainkan justru kian semarak dan semanak dalam semangat kerukunan warga dusun dan desa yang tak diracuni oleh virus curiga dan prasangka apalagi pertikaian dan peperangan. Damai-sejahtera yang alamiah mengalir bersama hujan yang mengguyur kehidupan bersama yang rukun, damai, sejahtera, bermartabat dan beriman, apa pun agamanya.***