Kesaksian

0
429 views
Ilustrasi - Menjadi saksi di pengadilan. (Ist)

Jumat, 16 Desember 2022

  • Yes. 56:1-3a,6-8.
  • Mzm. 67:2-3,5,7-8.
  • Yoh. 5:33-36.

DALAM kehidupan yang kita jalani sehari-hari, kita mengenal ada berbagai jenis saksi.

Ada saksi bisu, saksi yang tidak berbicara kecuali digali. Saksi ini bisa bicara yang benar jika yang menggali adalah orang-orang benar.

Tetapi saksi bisu bisa menjadi saksi palsu jika yang menggali tidak benar, atau salah tafsir.

Saksi bisu bisa berupa barang mati, tetapi juga bisa manusia hidup yang tidak mau berbicara.

Ada saksi bisu dan ada saksi palsu. Bisa jadi saksi bisu dan saksi palsu itu tidak mengatakan kebenaran karena mendapat tekanan tertentu.

Saksi palsu bebicara ketidakbenaran, bukan berbicara kebenaran. Bisa jadi karena dia mendapat tekanan tertentu.

Ada pula saksi hidup yang bisa menjadi saksi kebenaran. Tetapi saksi hidup belum tentu bisa menjadi saksi kebenaran karena berbagai situasi dan kepentingan dirinya sendiri.

Tetapi ada saksi kebenaran, yang dalam situasi apa pun dia mampu berbicara kebenaran, di mana pun dan kapan pun.

Kristus sendiri dalam Kitab Wahyu disebut saksi yang benar. Dia adalah amen.

Kebenara-Nya dihidupi karena Ia bersatu dengan Sang Kebenaran, Allah sendiri. Allah menjadi saksi Kristus dengan sabda-Nya.

Kristus tidak memerlukan kesaksian manusia, karena sering kali manusia bersaksi sesuai situasi hidupnya.

Bisa berkata yang baik jika semua baik, demikian sebaliknya. Kesaksian manusia tidak diperlukan oleh Kristus karena sudah ada kesaksian yang tidak mungkin salah, yaitu Bapa-Nya.

Dalam kesatuan dengan Allah Bapa, Kristus mengerjakan pekerjaan kebaikan, demi keselamatan manusia.

“Rasanya malem bisa ikut terlibat dalam pelayanan kali ini,” kata seorang ibu.

“Rasanya trenyuh sekali melihat saudara yang kita kunjungi dalam keadaan sakit, tidak ditemani oleh keluarga, namun tetap optimis dan semangat dalam menghayati imannya pada Tuhan Yesus,” lanjutnya.

“Dalam segala keterbatasan dan penderitaan dia menunjukkan bahwa hidup ini sungguh berarti karena dicintai dan diperhatikan oleh Tuhan melalui sahabat dan umat yang lain,” tegasnya.

“Banyak alasan yang bisa digunakannya untuk berkeluh kesah, mengeluh dan berdebat dengan Tuhan, namun ibu itu tidak mau melakukannya, dia justru mengajari kita bersyukur dalam keterbatasannya,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.”

Bila Yohanes Pembaptis adalah pelita menyala yang cahayanya hanya dinikmati seketika, Yesus adalah Sang Cahaya itu sendiri yang mengundang semua manusia untuk berpaling kepada terang-Nya dan memasuki rumah cahaya di dalam-Nya.

Pernyataan Yesus akan kesaksian dan pekerjaan-Nya merupakan sebuah undangan bagi kita untuk membiarkan Kristus menjadi cahaya satu–satunya dalam hidup kita.

Kita akan senantiasa menjadi pemantul dan pemancar cahaya-Nya, bukan cahaya itu sendiri.

Dengan demikian, setiap orang yang berjumpa dengan kita, dan menerima sentuhan kasih kita, akan merasakan kehadiran Allah yang menyelamatkan melalui perbuatan baik kita.

Bagaimana dengan diriku?

Maukah aku menjadi pancaran cahaya kasih Tuhan dalam hidup sehari-hari?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here