Kesalehan Rakyat

0
588 views

“Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.” (Kis 16, 13)

RUMAH dimana saya pernah dilahirkan dan dibesarkan terletak tidak jauh dari sungai yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Saat musim hujan, air sungai bisa meluap dan tidak mungkin diseberangi. Di sungai itulah penduduk setempat membuat “belik” untuk mendapatkan air bersih, membersihkan diri dan mencuci pakaian. Ada saat tertentu, dimana para ibu-ibu mencuci pakaian pada waktu yang sama, sehingga mereka bertemu dan berkumpul sambil bekerja. Berkumpulnya para perempuan di pinggir sungai untuk mencuci pakaian dan melakukan kegiatan lain mungkin juga terjadi di tempat lain.

Di Filipi, Paulus dan Silas menyusur tepi sungai. Mereka bertemu dengan para perempuan yang sedang berkumpul di tempat sembahyang dan bukan sedang mencuci pakaian. Selama ini saya belum pernah menemukan tempat sembahyang di pinggir sungai, kecuali tempat tertentu yang dianggap “wingit atau angker.” Di tempat seperti itu, ada orang yang masih meletakkan sesaji atau bunga dengan doa tertentu. Mereka percaya bahwa di tempat tersebut berdiam sosok yang punya kuasa dan pantas dihormati, agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Praktek seperti ini nampaknya masih dilakukan di banyak tempat. Adanya tempat sembahyang di tepi sungai dan berkumpulnya para perempuan disana mengungkapkan sebuah kesalehan rakyat. Mereka percaya pada yang ilahi dengan kuasanya. Kesalehan rakyat inilah yang perlu dihargai dan dijadikan modal dasar untuk mewartakan Injil.

Bentuk-bentuk kesalehan rakyat macam apa yang bisa ditemukan dan dihargai dalam kehidupan masyarakat saat ini? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here