Selasa 9 April 2024.
- Kis 4:32-37;
- Mzm 93:1ab,1c-2,5;
- Yoh 3:7-15.
- DALAM hidup, adakalanya kita mendapatkan kesempatan kedua. Sebagian dari kita memang layak untuk mendapatkannya, namun tidak untuk melakukan kesalahan yang sama.
Sebagian lagi mungkin tidak merasa mendapat kesempatan kedua. Saat kesempatan pada kali pertama berlalu, kesempatan itu tak muncul lagi.
Itulah mengapa, sama halnya kesempatan pertama, kesempatan kedua harus lebih bisa dioptimalkan karena kita sudah mengambil pelajaran dari yang pertama.
Di sisi lain, ada yang menyakini kesempatan kedua akan selalu ada selama kita masih bernapas. Setiap momen dalam kehidupan kita adalah kesempatan kedua.
“Saya berterimakasih kepada pimpinan yang telah memberi saya kehidupan baru,” kata seorang ayah. “Saya menyadari sepenuhnya bahwa orang dengan kesalahan yang seperti saya buat biasanya tidak pernah menerima pengampunan. Bahkan hukuman diberikan dengan tegas dan langsung dipecat.
Sedangkan untuk diriku, pimpinan memberi saya kesempatan untuk memperbaiki diri dan bertanggungjawab atas kesalahan yang saya buat. Menerima kebaikan seperti itu, tidak ada lain kata kecuali syukur dan mengubah sikap serta perilakuku hingga bisa memberikan bukti bahwa saya menggunakan kesempatan yang diberikan ini dengan baik dan bertanggungjawab.
Menerima kebaikan ini, bagiku seperti aku dilahirkan kembali, menjadi manusia baru dengan nilai dan semangat baru dalam menghayati kehidupan ini,” papar bapak itu.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian, ”Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”
Nikodemus mendapat tawaran untuk lahir kembali dalam roh, tawaran untuk hidup dengan semangat dan tatanan hati yang baru. Namun dia masih enggan meninggalkan pikiran dan cara hidup yang lama sebagai orang Yahudi.
Nikodemus sebagai pribadi yang keliru memahami apa yang dikatakan Yesus. Ia sulit menerima pengajaran Yesus, sebab ia teguh berpegang pada prinsip keyahudiannya. Ia tak menerima gagasan yang ditawarkan Yesus perihal kelahiran baru.
Nikodemus perlu menanggalkan prinsip-prinsip keyahudiannya untuk menerima dan memahami apa yang dimaksudkan Yesus dengan kelahiran baru. Keterbukaan hati membuat sapaan dan pengajaran Yesus mudah diresapi.
Keterbukaan hati juga membuat kita bisa menerima orang lain dan pendapatnya. Dan keterbukaan hati memampukan kita untuk membarui diri sehingga kita tidak mudah salah paham. Sebab, kita dapat menerima hal-hal baik dari orang lain, bahkan dari mereka yang ditolak dilingkungan masyarakat.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menggunakan kesempatan kedua dalam hidupku dengan baik?