Puncta 09.03.24
Sabtu Prapaskah III
Lukas 18:9-14
“APAKAH romo sudah pernah berziarah di Bosnia Herzegovina? Di Medjugorje ada penampakan Bunda Maria yang terbaru lho Romo?” tanya seorang ibu pada saya.
Dia lalu bercerita dengan bangganya sudah keliling dunia, berziarah ke Lourdes, Fatima, La Sallete, Guadalupe, bahkan ke Naju sebelum tempat itu ditutup.
“Saya hampir tiap tahun berziarah ke tempat-tempat suci itu Romo. Saya merasa terberkati dengan berdoa di sana,” katanya sambil menunjukkan foto-foto yang dipajang di ruang tamu yang besar.
Dalam Injil hari ini, Yesus bercerita tentang dua orang yang berdoa di Bait Allah. Yang satu orang Farisi dan lainnya seorang pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berkata, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, aku bukan orang lalim, bukan pezina, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.”
Dia juga masih nyerocos menambahkan kebaikannya melakukan kewajiban agama; berpuasa dua kali dalam sepekan dan memberi persepuluhan dari segala penghasilannya.
Berbeda dengan si pemungut cukai ini. Dia berdiri jauh dan menundukkan diri dengan penyesalannya.
Dia memukuli dirinya karena merasa tidak pantas. Dia berkata dengan singkat, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”
Yesus berkata, “Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak.”
Yesus juga menutup dengan pengajaran-Nya. Dia berkata, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Doa orang Farisi itu berpusat pada dirinya sendiri. Dia berkali-kali menyebut “aku, aku dan aku.” Dia membandingkan dirinya dengan orang lain.
Dia juga memamerkan “jasanya” di hadapan Tuhan. Kalau tidak hati-hati, doa bisa menjadi kesombongan rohani dan pameran status pribadi.
Di hadapan Allah, kita ini bukan siapa-siapa. Kita tidak bisa pamer jasa dan prestasi. Yang kita lakukan hanyalah bersyukur dan memohon belaskasihan-Nya.
Sudahkah kita memuliakan Nama Tuhan?
Harga-harga naik di bulan puasa,
Tidak makan nasi hanya makan ketela.
Di hadapan Tuhan kita manusia hina,
Mohon ampun dan tidak punya jasa.
Cawas, bersyukur dan selalu bersyukur
Rm. A. Joko Purwanto Pr