Kesombongan Titanic

0
795 views
Ilustrasi: Kapal Titanic by Historia.

Puncta 23.10.22
Minggu Biasa XXX
Lukas 18:9-14

KAPAL Titanic dibangun di Inggris oleh Perusahaan White Star Line. Kapal dengan panjang 274 meter dan tinggi 30 meter ini dibuat pada tahun 1911. Kapal paling besar dan megah ini diklaim sebagai kapal yang tak bisa tenggelam.

Seorang calon penumpang pernah bertanya kepada salah satu crew kapal, “Berapa kuat dan tangguh kapal ini berlayar di Lautan Atlantik?”

Awak kapal itu dengan sombongnya mengatakan, “O yes sir, sedemikian kuatnya kapal ini, sampai-sampai Tuhan Allah pun tidak sanggup merusakkannya.”

Jalur perdagangan trans-Atlantik sangat padat pada awal 1900-an. Banyak pengusaha besar, turis kaya dan imigran yang ingin mengadu nasib di Benua Amerika. White Star line membuat kapal megah dan mewah juga nyaman.

Pelayaran perdana dilakukan dari Southampton menuju New York, Titanic sempat singgah di Cherbourg, Perancis dan Queenstown, Irlandia. Saat itu, Titanic membawa 2.206 penumpang dan 898 orang awak.

Sebenarnya kru Titanic sudah diberi kabar kondisi di Laut Utara. Cuaca yang hangat membuat gunung es mencair dan bergerak ke jalur pelayaran.

Tetapi kabar ini diabaikan oleh awak kapal. Mereka yakin bahwa Titanic tak mungkin tenggelam.

Di malam gelap pada 14 April 1912, sebuah kapal yang berlayar di alur yang sama dengan Titanic, melaporkan lewat radio tentang adanya gunung es menghadang alur pelayaran Titanic.

Kabar ini tak dihiraukan dan pukul 23.40 tabrakan terjadi. Sisi bagian kanan kapal pecah karena menabrak gunung es. Dua jam kemudian kapal itu terbelah menjadi dua dan tenggelam di dasar samudera.

Kapal Carpatia berhasil menyelamatkan 705 orang dari ribuan penumpang Titanic.

Kepada orang sombong yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus memberi perumpamaan dua orang yang berdoa di Bait Allah. Mereka adalah orang Farisi dan pemungut cukai.

Orang Farisi itu berdoa dengan bangganya, “Aku tidak sama seperti semua orang lain, aku bukan perampok, aku bukan orang lalim, aku bukan pezinah, bukan juga seperti pemungut cukai ini.”

Ia membanggakan prestasinya, “Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan seper sepuluh dari penghasilanku.”

Fokus doanya sangat egoistik dan sombong. Yang disebut hanya aku, aku dan aku. Ia mencibir si pemungut cukai yang dianggap sebagai kaum pendosa. Ia merendahkan sesamanya yang tidak mampu berbuat seperti dia.

Pemungut cukai itu dengan menundukkan dirinya dan memukul dadanya berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Menurut Yesus, orang ini pulang sebagai orang yang dibenarkan Allah.

Doa yang benar adalah doa dengan sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan. Bukan menyombongkan segala kepunyaannya. Sudahkah anda berdoa dengan benar?

Dari Yogyakarta menuju ke Gombong,
Jangan lupa singgah di Sukaraja.
Jangan menjadi orang yang sombong,
Suatu saat akan dipermalukan juga.

Cawas, selalu dan terus berdoa…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here