Ketelanjangan dan Kerentanan Manusia

0
249 views
Ilustrasi: Kisah manusia pertama jatuh dalam dosa sehingga terputuslah hubungan antara Tuhan dan makhluk ciptaan-Nya. (Ist)

PADA akhir bacaan pertama kemarin dikatakan bahwa manusia pertama di taman Eden itu telanjang, namun mereka tidak merasa malu (Kejadian 2: 25).

Mengapa? Karena mereka belum mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat. Murni dan bersih; tanpa dosa.

Kisah hari ini (Kejadian 3: 1-8) diwarnai dengan situasi yang sebaliknya. Manusia itu menutupi dirinya, karena sadar bahwa mereka telanjang (Kejadian 3:7).

Dosa telah membuat mereka tidak lagi murni dan terlindungi. Telanjang.

Dalam ketelanjangannya, manusia bisa melihat satu sama lain, termasuk kelemahan dan kerentanan dirinya. Dosa dan kelemahan membuat manusia rentan. Karena itu, mereka menutupi dirinya atau melindungi diri.

Akibat dosa dan rasa malu, orang menjadi tertutup. Bukankah orang-orang yang merasa bersalah dan dalam posisi lemah berusaha menutupi dirinya? Dosa mengundang rasa takut dan karenanya manusia bersembunyi.

Manusia itu menutup dirinya dengan cawat yang terbuat dari daun pohon ara (Kejadian 3: 7). Dalam lukisan-lukisan tentang kejatuhan manusia, yang ditutupi itu kemaluan mereka.

Itu simbol dari menutup rasa malu. Kini, mereka yang merasa malu menutupi wajahnya.

Kehilangan wajah berarti kehilangan harga diri, kehilangan kepercayaan, dan nyaris segalanya. Menutup wajah bukan hanya menyembunyikan diri, melainkan membuat dunia di depannya gelap. Hilang.

Manusia berdosa hanya diselamatkan apabila mereka mengakui dirinya bersalah dan terbuka kepada Tuhan yang mengampuni dosa. “Berbahagialah mereka yang dosanya diampuni!” (Mazmur 32: 1).

Injil Markus menceritakan tentang penyembuhan seorang yang telinganya tertutup alias sulit mendengar (Markus 7: 31-37).

Ketika menyembuhkan, Yesus bersabda, “Efata” yang berarti terbukalah. Orang tuli itu pun kemudian mendengar.

Yesus datang untuk membuka telinga hati manusia agar mendengar sabda Tuhan dan diselamatkan.

“Bukalah hati kami, ya Tuhan, untuk mendengarkan sabda Putera-Mu!” (Bdk Kisah Rasul 16: 14b).

Jumat, 10 Februari 2023
Peringatan Santa Skolastika, Perawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here