Senin, 22 Juni 2020
2Raj 17:5-8,13-15,18 dan Mat 7:1-5
Renungan kisah Raja-raja tentang kehancuran Israel dan pembuanga ke Asyur dihubungkan dengan ketidaksetiaan bangsa kepada perjanjian Allah. Israel menyembah berhala. Permenungan kisah Raja-raja juga mengingatkan bahwa ketidaksetiaan menghancurkan kehidupan.
Menolak tawaran kasih Allah adalah kejahatan keji dari Israel. Tapi di tengah situasi ini, masih ada kelompok sisa Israel, yang kiranya menjadi bibit baik dan berkualitas untuk membangun kembali Israel baru, yang setia pada perjanjian Allah. Mutu hidup mesti diusahakan agar hidup menjadi berkembang dan bermakna.
Bagi Yesus, mutu hidup seseorang juga dilihat dari sikap menghakimi sesama. Manusia akan diadili menurut ukuran yang dipakai untuk mengadili. Bagi Yesus, keprihatinan hidup ini mesti dimulai dari mengubah orang lain, melainkan mengubah diri sendiri.
Orang mesti sanggup menilai dan mengubah diri sendiri, sebelum menghakimi dan mengubah orang lain. Pembaharuan bisa terjadi, jika orang sungguh mengubah diri sendiri. Sering terjadi justru kelemahan dan kekurangan pribadi diproyeksikan kepada orang lain, seolah-olah itu kelemahan dan kekurangan orang itu.
Proyeksi diri diperlihatkan dengan sikap curiga berlebihan yang diteruskan menjadi mencap, menilai dan sampai menuduh akan merusak hubungan dengan sesama. Yesus ingatkan: “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu” (Mat 7:5).
Bagaimana kita murid Yesus berjuang membangun hidup bersama? Kita diajak hari ini untuk berubah mulai dari diri sendiri dan mengjilangkan sikap curiga yang berlebihan kepada sesama. Semoga.