Home BERITA Ketika Cinta Memudar

Ketika Cinta Memudar

0
615 views
Ilustrasi - Ditinggal pergi kekasih begitu saja - buah cinta palsu. (Ist)

Jumat, 10 Juni 2022

  • 1Raj. 19:9a.11-16.

Mzm: 27:7-8.8b-9abc.13-14.

Mat. 5:27-32

KESETIAAN diuji manakala muncul kenyataan relasi dengan pasangan mulai berjarak.

Komunikasi terasa sulit dan tidak nyambung.

Kebersamaan terasa tidak seperti pada awal pernikahan yang begitu dekat, tanpa ada masalah, dan segalanya mudah terpahami.

Saat itulah tanda cinta telah memudar dan keutuhan rumah tangga dipertaruhkan.

“Ibu, saya sudah tidak mampu lagi mempertahankan rumah tanggaku? kata seorang anak kepada ibunya.

“Hidup rumah tanggaku saat ini diunjung tanduk,”lanjutnya.

“Permasalahan demi permasalahan muncul setiap hari. Masalah kecil pun berujung jadi ribut dan tak pernah bisa selesai,” ujarnya.

“Saya lelah, dan tidak lagi tahu harus bagaimana dengan keluargaku ini. Sering muncul keinginan untuk cerai dan mengakhiri perjalanan rumah tangga kami,” sambungnya.

“Setiap orang bisa ada dalam posisimu. Kesulitan yang seakan tak berujung. Semua terasa gelap dan tidak menyenangkan,” kata ibunya dengan lembut.

“Kamu tahu bapakmu juga bukan orang sempurna, orang yang keras dan sulit, bahkan pernah jatuh dalam ketidaksetiaan,” kata ibu itu lagi.

“Bapakmu bertobat dan berubah, ketika kita sering ke Gereja bersama, dan Tuhan berbelaskasih pada kita hingga mendengarkan doa-doa kita,” lanjutnya.

“Saya hanya mohon pada Tuhan supaya bapakmu selalu eling dan waspada dalam setiap langkah,” sambungnya.

“Nak, ingatlah! Jangan pernah menyerah untuk sesuatu yang pernah kamu janjikan di hadapan Tuhan,” sambungnya lagi.

“Menikah itu mudah tetapi mempertahankan keutuhan dan kesetiaan dalam pernikahan selalu tidak mudah,” tegasnya.

“Kembalilah pada suamimu dan belajarlah menjadi orang dewasa, berpikir dan berkomunikasi serta bertindak dengan cara dewasa,”tegasnya lagi.

“Hadapi kenyataan dengan rendah hati dan penuh kasih pengumpunan,” lanjutnya.

“Mohonlah selalu petunjuk dan kekuatan dari Tuhan..Dia yang telah mempertemukan kalian, tidak akan pernah meninggalkan kalian sesulit apapun masalah kalian,” pesannya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.

Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”

Yesus menjunjung tinggi institusi perkawinan. Perkawinan yang adalah kenyataan manusiawi telah diangkat ke martabat Sakramen.

Sifat hakiki sebuah perkawinan Kristiani adalah monogam (unitas) dan tak-terceraikan (indissolubilitas).

Setiap perkawinan yang telah dilangsungkan secara sah menurut tuntutan hukum, memiliki akibat tetap dan tidak bisa diceraikan oleh kuasa manapun.

Bagi kita, orang Kristiani, perkawinan adalah hal yang luhur, bukan saja karena dikehendaki Allah demi kebahagiaan manusia, namun juga karena kesatuan suami-istri melambangkan kesatuan Kristus dengan Gereja.

Suami-Istri harus saling merendahkan hati, saling mengasihi dan bersatu, seperti Kristus bersatu dan mengasihi Gereja-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berusaha menghidupi keutuhan dan kesetiaan dalam hidup rumah tanggaku?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here