DIAN pulang dari kantor dengan wajah kuyu, langkahnya gontai memasuki rumah, seolah energinya habis terkuras dalam sebuah peperangan. Tasnya dibiarkan tergeletak di lantai, lalu ia memilih duduk di kursi kayu tua kesayangannya. Kursi itu dulu sering dipakai kakeknya untuk berdoa. Ia hanya duduk bersandar, matanya memandang salib yang tergantung 2 meter di tembok tepat di depannya.
Helaan nafas panjang dan berat, keluar dari hidungnya. Dian membuat tanda salib dan menutup matanya, namun tak sepatah kata pun terdengar dari bibirnya. Masalah yang dihadapinya masih memenuhi pikirannya.
Ia membuat pikirannya tenang dengan membatin sebuah kata yang diulang-ulang dalam keheningan: “Ya, Tuhanku dan Allahku…”. Lambat laun ketegangan yang nampak dalam wajahnya mulai sirna. Napasnya lebih teratur dan sedikit lebih panjang.
Setelah 20 menit, ia membuka matanya. Sinar matanya berubah, ketenangan nampak dalam wajahnya. Dengan penuh kesadaran ia mengenakan tanda salib sambil memandang salib di depannya dengan penuh hormat.
Doa hening, doa hati
Dian mengenal meditasi setahun yang lalu, saat ia diajak mengikuti sebuah seminar pengenalan Meditasi Kristiani di parokinya. Sejak itu, ia mencoba praktik meditasi di rumah setiap hari.
Awalnya tidak mudah duduk diam tanpa bergerak, dan tidak mengucapkan apa-apa. Namun lama-lama ia bisa menikmati keheningan meditasi. Bahkan pada saat sibuk dengan pekerjaan, ia merasakan kerinduan untuk hening, untuk sejenak melepaskan semua masalah, beban, dan emosi-emosi dalam batin. Lalu ia pun tergerak untuk mencari waktu secara khusus setiap hari untuk bermeditasi.
Praktik ini seringkali meringankan batinnya saat mengalami masalah. Ketika ia diam, pikirannya diam, semua masalah menghilang dari kepalanya. Tepatnya ia melepaskan masalah-masalah itu, dan tidak mengikuti atau memperhatikan pikiran-pikiran yang muncul saat ia duduk dan diam dalam sebuah meditasi. Batinnya menjadi lebih jernih untuk bisa melihat aneka masalah dengan lebih obyektif, dan ia punya kekuatan baru dan kearifan untuk menghadapi masalah dalam hidupnya.
Meditasi adalah sebuah doa hening, diam dalam Tuhan dan menyadari kehadiran-Nya dalam hati, dan untuk tinggal bersama-Nya dalam keheningan. Ini dicapai bukan dengan berkonsentrasi penuh, namun dengan melepaskan pikiran, masalah, emosi negatif, dengan melepas ego.
St. Teresa dari Avila berkata “Berdoa bukanlah soal banyak berpikir, tetapi banyak mencintai”.
Keheningan, jalan menuju Tuhan
Menurut Katekismus Gereja Katolik, berdoa berarti mengangkat hati, mengarahkan pikiran kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa.
Dengan demikian, doa tidak membutuhkan banyak kata (bdk. Mat 6:7), tidak terikat pada waktu dan tempat tertentu, tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meskipun dapat didukung olehnya.
Paling tidak dalam praktiknya, dikenal tiga jenis doa:
- Doa vokal, yang sering didoakan pada saat umat seiman berkumpul untuk berdoa.
- Doa mental, merupakan doa yang menggunakan kata-kata atau merenung/berpikir tentang Allah. Doa mental biasanya dilakukan secara pribadi.
- Doa hati atau doa hening: dalam doa hening kita tidak berpikir tentang Allah /berbicara /meminta sesuatu kepada-Nya. Kita hanya perlu hadir bersama-Nya yang tinggal di dalam hati kita, di dalam Roh Kudus yang telah diberikan oleh Yesus kepada kita semua. Kita masuk ke dalam hati kita, ke tempat di mana Yesus sendiri berdoa dalam persatuan dengan Bapa dan Roh Kudus dalam keheningan yang mendalam.
Pada dasarnya semua doa itu baik, asal dilakukan dengan tulus dan penuh kesadaran. Namun biasanya batin yang sibuk tidak menyisakan tempat bagi Allah. Hanya batin yang hening yang menempatkan Allah secara sadar sebagai pusat doa-doanya.
Orang mesti belajar diam, dan masuk dalam keheningan untuk bisa merasakan dan mengalami kehadiran Allah.
Apakah meditasi itu kristiani?
Tidak sedikit orang Katolik dan Kristen mempertanyakan tentang praktik meditasi yang sering kali dikaitkan dengan laku tapa, alam gaib, pengalaman roh di luar tubuh, pencarian wahyu, dll. Bisa dipahami karena banyak sekali jenis dan praktik meditasi yang berkembang di seluruh dunia. Kata meditasi lalu mulai berkembang dan mengandung banyak konotasi.
Dalam Gereja Katolik, tradisi doa hening muncul pada abad III dalam tulisan St. Yohanes Kasianus di bukunya Konferensi IX & X. St. Yohanes dari Salib dan St. Teresa dari Avila juga menulis banyak tentang meditasi dan kontemplasi di abad 16. Namun tradisi dan praktik doa hening ini kurang dikenal umat.
Adalah Pastor John Main OSB (imam Ordo Santo Benediktus) yang menemukan kembali praktik doa hening ini dan memperkenalkannya kembali pada zaman ini dengan mendirikan Komunitas Meditasi Kristiani di Montreal, Canada pada tahun 1977. Pada tahun 1991, komunitas ini berkembang menjadi The World Community for Christian Meditation (WCCM).
Meditasi yang diajarkannya sangat sederhana, mengacu pada doa meditasi yang ditulis St. Yohanes Kasianus. Pusat meditasi adalah Allah yang hadir, pikiran yang melantur selama meditasi diatasi dengan mengucapkan satu kata doa yang diulang terus-menerus dan didengarkan gemanya dalam batin selama waktu meditasi.
Tehnik sederhana ini akan membantu orang untuk masuk dalam keheningan yang mendalam. Meskipun banyak sensasi yang muncul selama bermeditasi, namun itu semua dianggap pelanturan. Sehingga pikiran tetap sadar dan kesadaran akan kerinduan pada Allah dan kehadiranNya dalam hati semakin kuat.
Iman akan Kristus dan kesederhanaan dalam tehnik inilah yang membedakan Meditasi Kristiani dengan praktik meditasi yang lain. Meditasi Kristiani menjadi sebuah ‘latihan rohani’, ini bukan soal tehnik, tetapi lebih pada soal disiplin dalam melatih rohani dengan menyediakan waktu untuk doa hening setiap hari.
Manfaat dan buah meditasi
Sudah banyak jurnal ilmiah yang meneliti dampak meditasi pada otak, dan pada kesehatan. Dunia kedokteran menyebutnya Mindfulness Therapy. Ternyata latihan meditasi yang rutin mengoptimalkan kerja hormon dan organ penting dalam tubuh sehingga berdampak positif bagi kesehatan.
Karena banyak penyakit fisik yang dipicu oleh ketidakseimbangan hormon karena stres, maka meditasi memberi relaksasi yang berujung pada ketenangan dan kedamaian, sehingga mampu mengurangi tingkat stres.
Belum lama ini sempat viral berita 12 remaja di Thailand yang terjebak di gua bawah tanah bersama pelatih bolanya. Mereka bisa bertahan beberapa hari dalam kegelapan tanpa makan-minum dan akhirnya berhasil diselamatkan tim penolong berkat meditasi yang diajarkan oleh pelatihnya yang ternyata mantan biksu.
Itu adalah sharing beberapa manfaat meditasi. Sedangkan buah meditasi adalah ‘Buah Roh’ sendiri: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
Seminar Meditasi Kristiani
Karya Pastor John Main OSB ini kemudian dilanjutkan oleh Pastor Laurence Freeman OSB. Beliaulah yang mendirikan WCCM, yang kini sudah hadir di lebih dari 100 negara. Beliau sangat berkomitmen dalam dialog antar-agama dan inisiatif perdamaian internasional.
Melalui Komunitas Meditasi Kristiani, yang sekarang ditetapkan sebagai komunitas kontemplatif kontemporer dan ekumenis, Pastor Laurence memperluas pengajaran Meditasi Kristiani dan memulihkan kontemplatif sebagai dimensi esensial dan sentral dari semua spiritualitas Kristiani.
Pastor Laurence Freeman juga mendorong pengajaran meditasi kepada siswa sekolah. Bahkan meditasi telah menjadi sarana pembentukan karakter di banyak sekolah katolik di Australia. Bulan November 2018 yang akan datang, beliau akan singgah di Jakarta, Bandung, dan Semarang.
Aneka seminar meditasi yang menarik akan diadakan untuk para pengusaha, biarawan/wati, praktisi kesehatan, dan praktisi pendidikan. Beliau akan didampingi oleh Romo Tan Thian Sing MSF selaku Moderator Komunitas Meditasi Kristiani Indonesia, yang sekaligus menjadi penerjemah dalam setiap acara.
Semoga acara ini memberikan manfaat bagi semua yang hadir, sehingga semakin banyak orang mengalami kedamaian dan kebersamaan dengan Tuhan dalam Meditasi Kristiani.