Bacaan 1: 1Mak 2:15 – 29
Injil: Luk 19:41 – 44
DAMAI sejahtera, sebuah kata yang sangat dirindukan oleh setiap manusia.
Dalam sebuah lagu yang dikisahkannnya, yaitu When the Children Cry karya Mike Tramp dan Vitto Brata, White Lion, bercerita tentang hilangnya rasa aman yang dimiliki anak-anak sebagai manusia yang berdaulat.
Peradaban modern dengan segala teknologi militernya telah menjadi monster bagi anak-anak.
Dunia berdarah karena serangkaian perang keji, telah merenggut keceriaan, kegembiraan, dan bahkan nyawa mereka.
Tidak ada satu pun presiden di dunia yang bahkan sanggup menghentikan kekejian dan kekejaman itu, untuk sebuah damai sejahtera.
Damai sejahtera itu bermula dalam hati, dan bukan di bagian eksternal atau interaksi dengan sesama.
Damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita miliki di dalam Kristus Yesus.
Hari ini Tuhan Yesus menangisi Yerusalem, kota yang semestinya memiliki damai sejahtera. Ia menangis karena kedegilan hati mereka yang tinggal di Yerusalem.
Mereka yang telah melihat kehadiran Allah di dalam diri Yesus. Namun tidak percaya. Mereka bahkan menolak serta akan membunuh-Nya.
“Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.”
Manusia kadang tidak mampu menyadari kehadiran Allah di dalam dirinya. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya.
Inilah yang ditangisi Tuhan Yesus.
Matatias, pemimpin Yahudi yang diminta oleh pegawai raja memimpin “Pemurtadan Yahudi” menunjukkan keteguhan imannya.
“…aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami.” demikian katanya.
Dengan sekuat tenaga ia mencegah siapa saja yang hendak meninggalkan Taurat.
Pesan hari ini
Apakah kamu pernah menyadari bahwa Yesus mungkin sedang menangisimu, saat kamu melupakan-Nya? Saat kesibukanmu mengalahkan kerinduanmu pada-Nya?
“Untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah. Allah mematahkan hatimu. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”