HUBUNGAN antara Raja Saul dan Daud tidak selalu diwarnai oleh ketulusan hati. Ada saat Saul membenci Daud karena umat Israel lebih mengelu-elukan Daud. Mereka bersorak, “Saul mengalahkan beribu-ribu, sedangkan Daud berlaksa-laksa.”
Itu membuat Saul marah dan menaruh dendam, sampai berniat untuk membunuh Daud. Di pihak lain Daud punya sikap berbeda. Ia mempunyai hati yang tulus. Walaupun Daud mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul, namun Daud tidak melakukannya karena ia mencintai Saul, yang juga adalah orang yang diurapi Allah (bdk. 1 Sam 24:7).
Cinta dan ketulusan hati Daud sangat kentara ketika ia mendengar bahwa Saul dan sahabat karibnya Yonantan gugur di medan perang. Ia sungguh merasa sedih. Ratapan sedihnya diungkapkan dengan kta-kata yang sangat menyentuh: “Betapa gugur para
pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonanthan mati terbunuh di bukit-bukitmu. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan” (2 Sam 1:25-26).
Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa iri, marah dan dendam kadangkala meliputi kita, misalnya saat kita merasa diremehkan atau disaingi.
Daud mengajarkan kepada kita untuk memiliki kualitas-kualitas hati seperti ketulusan, kesejatian, cinta dan
belarasa, yang perlu untuk membangun relasi kita baik dengan sesama maupun dengan Tuhan, walaupun ada saat kita disakiti atau diperlakukan tidak baik.
Tuhan Yesus Kristus, berilah aku hati yang tulus, penuh semangat persaudaraan, agar
aku selalu berkenan kepadaMu dan sesamaku. Amin.