DI tengah suasana perkabungan yang mendalam karena dalam dua hari terakhir ada dua imam meninggal, Keuskupan Agung Makassar (KAMS) pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2017 mengalami ‘panen’ imam tahbisan baru.
Ada tujuh imam baru yang hari ini menerima tahbisan imamatnya di Tana Toraja dari Uskup Pentahbis: Bapak Uskup Agung KAMS Mgr. John Liku Ada’.
Ketujuh imam diosesan (praja) tahbisan baru KAMS itu adalah sebagai berikut:
- Romo Alfius Tandirassing Pr.
- Romo Ferdinandus PN Towary Pr.
- Romo Gregorius FE Midun Pr.
- Romo Andreas La Tobe Pr.
- Romo Yosef A. Ada’ Pr.
- Romo Klemens Palindangan Pr.
- Romo Tarsisius Anri Pr.
Baca juga: Keuskupan Agung Palembang: Panen Imam dan Diakon Terima Tahbisan di Belitang, Sumsel
Namun, juga pada hari Rabu siang ini pula, Vikjen KAMS Romo Stephanus Tarigan CICM secara mendadak dan sangat mengejutkan meninggal dunia di kamarnya tanpa diketahui orang.
Romo Tarigan ditemukan telah meninggal dunia pukul 10.00 WITA. Kepastian itu terjadi, setelah kamarnya berhasil didobrak paksa karena di hari sesiang ini belum ada ‘tanda-tanda kehidupan’ dari Romo Tarigan. Ia belum terlihat bangun dan keluar kamar.
Meninggal saat tengh menyiapkan pemakaman teman imam
Alm. Romo Tarigan CICM meninggal dunia i tengah kesibukannya menyiapkan prosesi pemakaman jenazah Romo Paulus Ata’ Patunggu Pr. Almarhum Romo Ata Patunggu sendiri ditemukan meninggal dunia pada hari Minggu tanggal 6 Agustus 2017 lalu saat tengah melaju di jalanan umum dengan naik motor.
Ia diketahui jatuh karena kecelakaan tunggal di jalanan umum dan masuk pematang sawah, usai melakukan tugas reksa pastoral di sebuah stasi di Tanah Toraja.
Baca juga:
- RIP Vikjen KAMS Romo St. Tarigan CICM, Meninggal Saat Siapkan Pemakaman Romo Ata (2)
- RIP Romo Paulus Ata, Jatuh ke Pematang Sawah Usai Pelayanan di Tanah Toraja (1)
Romo Paulus Ata’ Patunggu Pr selama ini bertugas pastoral sebagai pastor paroki di Gereja St Petrus – Paroki Nanggala, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Nah, pada hari Selasa yang ‘kelabu’ ini pula, Tanah Toraja telah menjadi saksi atas peristiwa penting di KAMS ketika ada tujuh diakon menerima tahbisan imamatnya dari tangan Mgr. John Liku Ada’, Uskup Agung KAMS.
7.000-an umat katolik di Tanah Toraja
Kepada Redaksi Sesawi.Net, Sekretaris Uskup Agung KAMS Romo Paulus Tongli menuturkan bahwa proses tahbisan imam di Tanah Toraja tetap diadakan, sekalipun mendung dukacita menggantung kuat di langit. “Bapak Uskup sengaja tidak kami beritahukan perihal meninggalnya Romo Tarigan CICM, Vikjen KAMS yang bertanggungjawab mengurus prosedur pemakaman para imam dan religius di KAMS,” tuturnya.
Meski bersaput dukacita, namun tahbisan tujuh imam baru ini tetap berlangsung meriah. Ada sedikitnya 300-an penari dan ratusan orang anggota paduan suara yang mengiringi prosesi tahbisan dengan suara merdu menggema nyaring indah.
“Tak kurang ada 7.000-an umat katolik di Tanah Toraja mengikuti prosesi tahbisan imamat ini,” tutur Romo Tongli menjelaskan atmosfir suasana ceria berbalut dukacita di Tanah Toraja sepanjang hari Selasa tanggal 9 Agustus 2017 ini.
Hingga Selasa petang ini, jenazah almarhum Romo Paulus Ata Patunggu Pr masih ‘disimpan’ di STIKPAR di Rantepao, Tanah Toraja –kota yang sama dimana juga berlangsung prosesi misa tahbisan imamat.
Misa requiem belum jelas
Hingga hari Selasa menjelang pergantian hari ini, rencana misa requiem kedua imam yang berkarya di KAMS ini belum jelas. “Baru akan menjadi jelas, setelah kami sampai di Makassar,” tuturnya.
Jarak Tanah Toraja dengan Ibukota Makassar sekitar 330 Km dan ditempuh dengan moda transportasi darat selama kurang lebih delapan jam perjalanan.
Kepada Sesawi.Net, Sr. Maria Monika Ekawati SND –Suster Provinsial Kongregasi Soeurs de Notre Dame—melaporkan dari lokasi tahbisan.
“Prosesi tahbisan berlangsung di Lapangan Bhakti Toraja,” ungkap suster penulis novel ini yang berada di Toraja sejak tanggal 7 Agustus 2017.
“Suasana sangat meriah. Tahbisan sudah rampung, namun masih ada tari-tarian dan permainan lesung khas Tanah Toraja,” tutur suster biarawati dari Tanah Blora, Jateng ini.
Kredit foto: Sr. Maria Monika Ekawati SND (Provinsial Kongregasi Suster Soeurs de Notre Dame)