PAGI yang cerah membingkai perjumpaan para imam se-Keuskupan Agung Palembang yang diwarnai suasana akrab dan penuh sukacita. Perjumpaan ini merupakan rangkaian dari Rekoleksi Imamat dan Misa Krisma di Keuskupan Agung Palembang pada Selasa (11/4).
Rekoleksi Imamat yang diadakan di Rumah Retret Giri Nugraha, Km. 7 Palembang kali ini dipimpin oleh Rm. Tarcisius Leisubun MSC. Ia mengajak para imam untuk merenungkan bersama tema, “Menjadi Imam dan Misionaris Hati Kudus Yesus”.
Tema ini didasarkan pada tema Kongres Kerahiman Ilahi Sedunia di Manila, Filipina, yaitu, “Communion in Mercy, Mission for Mercy”. Rekoleksi ini dihadiri Uskup Agung Keuskupan Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ plus sedikitnya 130-an orang terdiri dari imam, frater dan bruder yang berkarya di wilayah Keuskupan Agung Palembang.
Belaskasih jantung Injil
Rm. Tarsis menegaskan bahwa, “Kita semua adalah misionaris yaitu orang yang diutus. Gereja dipanggil untuk menjadi teladan pengampunan. Yubelium Belaskasih yang telah kita rayakan ini sangat istimewa karena tidak mengikuti urutan waktu perayaan yang telah berlangsung secara tradisional. Kita diajak untuk merenungkan dan mengalami belas kasih Allah”.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa, “Belaskasih adalah jantung Injil dan seharusnya menjadi pola hidup segenap Gereja, maka kita perlu senantiasa merenungkan kerahiman itu. Kerahiman Allah adalah sumber sukacita, ketenangan dan kedamaian.”
Imam yang bertugas pastoral di Paroki St. Yoseph Palembang dan aktif dalam pendampingan Kelompok Devosi Kerahiman Ilahi ini mengetengahkan harapannya bahwa, “Karena kebanyakan dosa manusia melawan belaskasih, maka boleh diharapkan bahwa para gembala dengan domba-dombanya akan lebih serius menyikapi Sakramen Rekonsiliasi, bukan hanya pada kesempatan Natal atau Paskah saja”.
Selain itu diharapkan pula umat katolik di Indonesia memanfaatkan apa yang sudah diakui oleh Gereja sebagai Devosi Kerahiman Ilahi.
“Devosi selalu fakultatif tetapi bukan sekali saja terbukti dalam sejarah bahwa devosi menyelamatkan iman umat. Devosi Kerahiman Ilahi terpusat pada Allah Tritunggal. Kendati Tahun Yubileum Belaskasih sudah ditutup, kemurahan hati dan belas kasih bukanlah persoalan waktu sehingga lalu dibatasi ruang dan waktu tertentu saja,” ungkapnya.
“Belaskasih dan kemurahan hati adalah pernyataan tentang hakekat dari Allah bahwa Dia adalah Allah yang Maharahim. Maka mestinya kita memasuki suatu tahapan baru, yaitu tahap di mana Gereja yang sudah mengalami pemurnian dan pembaruan itu harus tampil baru yaitu menjadi Gereja yang berbelaskasih. Salah satu cara yang bisa dikembangkan adalah dengan melaksanakan praktik-praktik devosi tertentu dan menghayati Spiritualitas Hati. Spiritualitas hati dapat dirumuskan sebagai suatu cara hidup dan cara berkarya dengan hati yang dibimbing oleh Roh Kudus,”tegasnya.
Usai rekoleksi, para imam diberi kesempatan untuk saling menerimakan Sakramen Tobat dan Adorasi bersama. Kegiatan Rekoleksi Imamat ditutup dengan Perayaan Ekaristi pembaruan janji imamat dan pemberkatan minyak urapan di Gereja Paroki St. Yoseph, Palembang yang dipimpin oleh Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ.