Keuskupan Agung Palembang: Para Imam Diosesan Susuri Sungai Musi menuju Pasang Surut (1)

1
1,160 views
Para imam dan frater calon imam diosesan Keuskupan Agung Palembang bersiap menyusuri Sungai Musi. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

CUACA begitu cerah, matahari terang bersinar. Jalanan tampak masih basah, sisa hujan yang semalam mengguyur Kota Palembang belum juga kering. Jarum jam di arloji menunjukkan waktu tepat pkl. 08.00 WIB.

Jalanan di pusat kota tampak sedikit lengang, berbeda dengan suasana beberapa jam sebelumnya yang terlihat padat merayap. Itulah suasana pagi saat para pekerja dan pelajar bertemu di jalanan menuju tempat kerja dan belajar mereka masing-masing. Mereka saling berlomba memecah kepadatan lalu lintas kota yang semakin hari semakin ramai seiring dengan bergulirnya projek kereta ringan Palembang Light Rail Transit (LRT) yang kelak menjadi salah satu pilihan moda  transportasi warga Palembang yang menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II dan Kompleks Stadion Gelora Jakabaring.

Proyek yang kini pengerjaannya sedang dikebut ini ditargetkan selesai sebelum pesta olahraga Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang mulai digelar.

 

Menyusuri Sungai Musi

Pada Selasa (24/10), para imam dan frater Diosesan Keuskupan Agung Palembang (KAPal) bersama Bapak Uskup Agung Keuskupan Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ akan memulai pertemuan dan rekoleksi Unio KAPal di Paroki Allah Mahamurah, Pasangsurut, Purwodadi Jalur 20  Banyuasin, Sumatera Selatan.

Sebagian besar wilayah pelayanan pastoral paroki yang terletak di tepian Sungai Musi ini dilayani melalui jalur sungai.

Dari Kota Palembang ada dua pilihan transportasi menuju tempat ini, yaitu melalui jalur darat dan melalui jalur sungai menyusuri Sungai Musi menggunakan speed boat dengan waktu tempuh rata-rata 1,5-2 jam perjalanan.

Bapa Uskup bersama beberapa imam menempuh jalur darat, sedangkan kami yang lainnya memilih naik speed boat.

Kapal tanker Pertamina di Sungai Musi, Palembang. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

Perjalanan kami awali dari kompleks Gereja Paroki St. Yoseph Palembang, sebuah paroki yang terletak di pusat kota, berhadapan dengan kompleks RS RK Charitas, sebuah rumah sakit milik Kongregasi Suster Fransiskus Charitas (FCh).

Mobil yang kami tumpangi  membawa kami menuju dermaga Tangga Batu, yang letaknya tak jauh dari Pasar 16 Ilir, pasar tradisional yang berdekatan dengan Jembatan Ampera, keduanya menjadi ikon kota ini.

Dari jalan utama Pasar Sayangan mobil yang membawa kami pun masuk ke sebuah gang sempit dan sedikit becek. Sejumlah pekerja terlihat memindahkan barang dari sejumlah kapal kayu yang tengah bongkar muatan, ada hasil bumi seperti kelapa dan pisang dan sejumlah bahan-bahan bangunan. Ada pula sejumlah truk Colt diesel yang berjejer dan tampak muatannya sedang dipindahkan ke dalam kapal kayu.

Permukiman penduduk di sepanjang daerah aliran Sungai Musi menuju Banyuasin.

Setelah menyusuri gang sempit, akhirnya kami pun tiba di dermaga Tangga Batu. Tampak beberapa umat sudah menunggu sambil bercengkerama. Kami menjadi rombongan pertama tiba di dermaga. Tak lama rombongan para imam dan frater pun seluruhnya tiba.

Kami segera menuju speed boat yang telah tertambat di dermaga. Dari kejauhan tampak speed boat bergoyang naik turun diayun gelombang arus Sungai Musi.

Petualangan pun dimulai. Satu persatu memasuki speed boat yang ukurannya relatif besar, total ada 26 orang yang ikut menikmati jalur sungai.

Mesin speed boat segera menyala dan suara menderu pun terdengar, tanda bahwa akan segera berangkat ke tujuan. Air sungai tampak coklat, sejenak tercium aroma getah karet yg tajam. Speed boat meliuk menghindari gulungan gelombang saat berpapasan dengan speed boat lainnya.

Suasana terasa akrab, beberapa mengaku bahwa ini merupakan pengalaman pertama naik speedboat sekaligus pengalaman pertama berkunjung ke Paroki Allah Mahamurah.

Tampak kapal-kapal besar berjejer di dermaga, ada beberapa tongkang bermuatan batubara yang berjalan pelan, dan di kejauhan tampak pula sebuah kapal yang menarik perhatian kami, Tol Laut Sabuk Nusantara 86.

Rumah-rumah panggung sederhana dari kayu, sebagian tampak beratap seng dan sebagian tampak masih beratap rumbia terlihat di pinggiran sungai. Ada beberapa pria yang terlihat menjala ikan dari atas sampan, di tempat lain terlihat ibu-ibu yang melakukan aktifitas pagi, mencuci peralatan dapur dan mencuci pakaian.

Angin kencang berhembus, sesekali air terciprat masuk ke dalam ruang penumpang saat speed menghempas gelombang, memberi sensasi pengalaman tersendiri, terutama bagi yang baru mengalami perjalanan dengan speed boat. Suasana yang awalnya ramai perlahan menjadi hening, beberapa mulai terserang kantuk dan tertidur.

Tampak speed boat yang kami tumpangi berpindah jalur, berbelok ke kanan memasuki kanal yang lebih kecil meninggalkan alur utama Sungai Musi yang mengarah ke Selat Bangka.

Laju speed boat terasa kencang, di kiri dan kanan mata dimanjakan dengan hijaunya tanaman khas pinggiran sungai. Terlihat beberapa ekor monyet bergelantungan di atas pohon. Burung-burung bangau putih bersih berterbangan dan hinggap di ranting kayu di tepian kanal.

Ucapan selamat datang.

Setelah sekitar 1,5 jam menyusuri Sungai Musi, speed boat pun perlahan mulai mengurangi kecepatannya. Tak lama dari kejauhan tampak menara Gereja Paroki Allah Mahamurah, di Desa Purwodadi, Jalur 20, Kec. Muara Padang, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan.

Speed boat pun bersandar di dermaga Klinik Charitas. Sejumlah suster dan umat bersama Rm. Laurentius Setyo Antoro SCJ, Pastor Paroki Allah Mahamurah Pasangsurut telah menunggu di dermaga.

“Romo, frater Sugeng rawuh di Pasangsurut”, tutur mereka akrab dan penuh sukacita.

Dari dermaga kami berjalan menuju pastoran, kudapan ringan seperti gebleg, jadah ketan dan jagung rebus di temani teh manis dan kopi panas sudah tersaji dan siap disantap.

Di sekitar kompleks paroki ini berdiri pula sejumlah bangunan, yaitu Klinik Charitas, Biara St. Clara Komunitas Suster Fransiskus Charitas, gedung PAUD Dehoniana dan kompleks Panti Asuhan Santa Maria.

 

Klinik Charitas di Banyuasin.

Di tempat ini mulai 24-26 Oktober 2017, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ bersama para imam dan frater diosesan akan memulai kegiatan live in, pertemuan dan rekoleksi Unio KAPal dengan tema “Segala Jalanku Kau Maklumi”.

Kegiatan rekoleksi ini akan dipimpin oleh Rm. Antoro SCJ. Puncak seluruh rangkaian kegiatan ini adalah Perayaan Ekaristi syukur 25 tahun imamat Rm. Agung Sulistyo, imam diosesan KAPal yang kini berkarya di Keuskupan Ketapang.

 

1 COMMENT

  1. Tks banyak atas info2 penting yg perlu diketahui umat. Inilah pemerataan informasi utk sesuatu kekaryaan Gereja dpt dgn cpt diketahui didaerah lainnya. Met berkarya. ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS SENANTIASA MENAUNGI, MEMBIMBING DAN MENYERTAI PARA IMAM, SELURUH UMAT, PARA JURNALIS DAN PHOTOGRAPH SEKALIAN. AMIN!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here