HARI minggu keempat bulan Juli 2022 sejak tahun lalu telah ditetapkan oleh Tahta Suci sebagai Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia. Peringatan Hari Lansia tahun 2022 tepat pada Minggu 24 Juli 2022.
Untuk itu, di Gereja Katedral Malang diselenggarakan Perayaan Ekaristi bersama Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm.
Orangtua dan kakek nenek sangat berarti
Ada kelompok-kelompok tertentu yang membuang orangtua karena tidak bisa lagi bekerja, hanya mereka yang bisa menghasilkan uang yang masih produktif dianggap berharga, yang sakit lumpuh cacat tua tidak dihargai.
Gereja Katolik sangat menentang pendapat ini.
Paus Fransiskus menetapkan Hari Kakek Nenek dan Lansia justru untuk menghormati orangtua, menunjukkan bahwa Gereja menghargai orangtua.
- Apakah manusia hidup hanya kalau bisa bekerja dan memberikan makanan kepada orang lain?
- Apakah tidak saatnya anak-anak dan cucu-cucu yang sekarang ganti memelihara mereka para orangtua dan lansia.
Maka masih bisa bekerja atau tidak, tidak penting.
Kehadiran kakek-nenek begitu penting dalam keluarga menjadi contoh menjadi pembimbing.
Untuk orang Indonesia sudah luar biasa beruntung. Anak-anak begitu dekat dengan kakek nenek, urusan jodoh macet karena orangtua tidak setuju larinya ke nenek-kakek.
Kakek dan nenek serta lansia -meskipun sudah tidak bisa bekerja kehadirannya dan cintanya sangat dibutuhkan- banyak orang Indonesia di pulau Jawa yang menitipkan anak pada kakek nenek.
Kakek nenek dan lansia yang tidak bisa lagi aktif karena sakit atau tua punya kesempatan lebih banyak untuk keluarga, lebih banyak untuk berdoa dan merenung memperdalam hidup rohani hidup batin.
Maka, diharapkan seperti dalam Mazmur “Pada masa tua pun mereka masih berbuah”.
Karena sudah tidak perlu bekerja maka lebih banyak waktu untuk berdoa dan inilah yang membuat mereka masih berbuah. Karena mereka berdoa, maka mereka masih berbuah.
Mari kita mendoakan kakek nenek dan lansia, mendoakan yang sakit menghibur yang berduka dan mohon berkat bagi mereka pada hari yang istimewa ini.
Semoga kakek nenek dan lansia menjadi orang yang berguna bagi keluarga menurut kemampuan yang mereka miliki saat ini.
Anak-anak dan cucu-cucu sangat mengharapkan kasih sayang dari mereka, paling tidak menjadi pendoa bagi anak cucu”.
Demikian penggalan homili Bapak Uskup Keuskupan Malang yang disampaikan dihadapan sekitar 400 kakek nenek dan lansia yang hadir di Gereja Katedral Malang.
Hadir pula sebagai konselebran Perayaan Ekaristi:
- Ketua Komisi Keluarga Keusksupan Malang Romo Ketut Adi Hardana MSF.
- Sekretaris Keuskupan Malang Romo Ignasius Joko Purnomo O.Carm
- Pastor Ketua Dekenat Malang Kota (demako) Romo Suwadji O.Carm.
- Pastor Paroki Santo Andreas Tidar Romo Albertus Medyanto O.Carm.
- Romo E. Eko Putranto O.Carm.
- Pastor Paroki Katedral Malang Romo Ignasius Adam Suncoko Pr.
- Diakon Agustinus Galuh Wicaksono.
Empat ratusan kakek nenek dan lansia yang hadir merupakan umat perwakilan yang berdomisili dari paroki-paroki di Kota Malang yang berhimpun dalam Dekenat Kota Malang.
Memang sudah renta
Sempat penulis mengamati dari antara yang hadir ada beberapa yang sudah memegang tongkat dan walker sebagai alat bantu jalan, juga ada yang duduk di kursi roda, dan banyak pula yang dijaga oleh pendamping pribadi dari keluarga masing-masing.
Perayaan
Setelah Perayaan Ekaristi selesai para kakek nenek dan lansia diundang untuk ramah tamah di Aula Gedung Widya Bhakti.
Di sana mereka disuguhi hiburan berupa musik kulintang dan angklung yang dipersembahkan oleh Seksi Budaya Bidang Kesaksian Paroki Katedral yang menyanyikan lagu: Oleh Sioh, Gethuk, Sajek Aku nDherek Gusti, Di Tengah Ombak, dan Kapan-kapan sebagai lagu penutup.
Dari Paroki Blimbing menampilkan tari-tarian oleh delapan penari.
Ketika sebuah lagu Gemu Famire dinyanyikan serentak para hadirin yang masih sehat ikut serta bernyanyi dan menari sehingga suasana semakin meriah dan gembira.
Cak Wito dari Paroki Ksatrian yang dikenal dengan ludruknya dan salah satu pemain film Yo Wis Ben memeriahkan acara ramah tamah dengan kidung parikan serta candatawanya dalam membahas tema hari kakek nenek dan lansia sedunia yaitu “Pada Masa Tua pun Mereka Tetap berbuah”.
Sebuah pesan yang dibalut dalam gelak tawa peserta bahwa usia dan status kakek nenek harus tetap dilalui dengan syukur dan bahagia.
Electone dan penyanyi persembahan dari Paroki MDKS Lely.
Acara ramah tamah ini juga lebih semarak dengan hadirnya Romo Joko Sekretaris Keuskupan Malang yang ikut mempersembahkan suaranya dengan menyanyi lagu Teluk Bayur sebuah lagu kenangan yang kemudian diikuti oleh yang hadir.
Untuk lebih menghibur dibagikan pula door prize bagi mereka yang beruntung dapat menjawab pertanyaan dari Romo Joko.
Ketika ditemui di gedung Widya Bhakti Romo Ketut MSF menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dan bekerja sama dalam menyambut Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia ini.
Terima kasih kepada Paroki Katedral Malang yang telah ketempatan, terimakasih kepada paroki-paroki Demako.
Juga berterimakasih kepada pihak-pihak donatur dan sponsor serta lembaga yang telah berpartisipasi merayakan Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia di Keuskupan Malang dengan cara mereka sendiri-sendiri.
Kredit foto: Panitia HKNL dan Komsos Keuskupan Malang