Keuskupan Malang: Pemberdayaan Sosial Ekonomi dengan Komisi PSE KWI

0
1,207 views
Romo Teguh Santosa Pr, imam diosesan Keuskupan Purwokerto, datang ke Keuskupan Malang memberi motivasi manajemen keuangan da pemberdayaaan ekonomi. Workshop ini diampu oleh Komisi PSE KWI. (Laurensius Suryono)

“APA yang membuat kita mau datang dan hadir dalam pertemuan ini?”.

Sebuah pertanyaan pembuka telah dilemparkan oleh Romo Teguh Santoso, Sekretaris Komisi PSE KWI kepada peserta pertemuan yang diselenggarakan oleh Komisi PSE Keuskupan Malang (KM).

Meskipun lambat namun pasti para peserta dengan bantuan Romo Teguh dapat menemukan nilai-nilai yang dapat mendorong menggerakkan daya hidup. Kalau manusia tidak mempunyai nilai-nilai hidup apa artinya, dan dengan mempunyai nilai-nilai maka apa pun masalah yang dihadapi dapat diatasi.

Adapun nilai-nilai yang dimaksud dan ditemukan dalam pertemuan tersebut adalah: melayani, tanggungjawab, komitmen, keikhlasan, kepedulian, pengorbanan dan ketaatan.

Para peserta diminta agar menghidupi nilai nilai itu dan menghidupkan nilai agar dapat melaksanakan Pemberdayaan Sosial Ekonomi  di tempat paroki masing-masing, akan tetapi harus tetap berpangkal dan berdasar pada Yesus Kristus, karena Yesus Kristus telah melakukan itu semua dan tetap akan menyertai kita dalam melakukan pelayanan itu.

Mengelola keuangan itu perlu

Kita semua juga diajak dapat mengelola uang dan orang lain yang menjadi tanggungjawab kita. Dalam pengelolaan itu, kita bertanya: Apakah kita akan menjadi ‘beruang’ (binatang) yang rakus dan buas, ataukah kita akan menjadikan pelayanan itu mencari keuntungan (ber-uang) atau ‘’ber-ruang’ yang berarti kita mempunyai ruang dan waktu dalam rangka menghidupi dan menghidupkan nilai.

Ber-PSE berarti mempunyai ruang untuk mengimplementasikan nilai-nilai itu.

Sharing dari Romo Aldi dan tim Komisi PSE KWI. (Laurensius Suryonno)

Selanjutnya,  Romo Teguh mengorek para peserta untuk menyampaikan bentuk pelayanan yang telah dilaksanakan di paroki masing-masing. Maka  ditemukanlah bentuk pelayanan karitatif seperti: kunjungan sosial, pemberian bantuan beasiswa, pemberian bantuan kepada lansia dan orang jompo, bhakti sosial, pengobatan gratis, membagi sembako pada waktu Natal dan Paskah dsb.

Ada pun yang bersifat pemberdayaan didapati dalam bentuk  pelatihan dan keterampilan praktis; membentuk kelompok tani, bank sampah dan bantuan modal usaha.

Pengalaman riil

Pada sesi selanjutnya,  Romo Eko Aldilanto O.Carm membagikan pengalaman ketika ia menjadi Pastor Kepala Paroki St. Theresia Pandaan enam tahun yang lalu.

Berawal dari permasalahan yang dihadapi umat paroki mengingat banyak umat paroki adalah para pegawai kontrak (outsourcing) pabrik. Mereka adalah pihak yang tidak mempunyai rumah dan tidak mempunyai kepastian akan kelangsungan pekerjaan.

Mereka terdiri dari para bakul/pedagang yang tidak mempunyai bedak, lapak sendiri alias kontrak tempat. Di sana juga ada  warga yang sakit dan harus membayar biaya pengobatan yang mahal, kebutuhan akan biaya sekolah putera/puteri mereka, sedangkan mereka tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan.

Apakah kita akan mengatakan, “Itu urusan keluarga mereka sendiri”, “mereka sendiri yang harus bertanggung jawab atas masalah mereka”, “aku tidak mau repot”.

Romo Eko menyampaikan  ini. Kita harus mewujudkan karya pastoral, kita dipanggil untuk menjadi murid Kristus, sehingga bagaimana lewat tangan kita orang lain mengenal Kristus, begitu tandasnya. Gereja akan kehilangan Roh kalau tidak ada belaskasih.

Belaskasih bukan berarti  berkarya lazimnya LSM,  melainkan perjumpaan dengan Yesus Kristus.

Belaskasih ada buktinya

Karya Pastoral PSE mengingatkan kita supaya Yesus Kristus tidak ‘hilang’ dari paroki, belaskasih harus ada pada bukti pelayanannya. Maka dengan beberapa umat yang peduli, sang romo alalu membangun sebuah lembaga yang bernama Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Umat (LPEU).

Melalui LPEU ini, banyak umat dapat tertolong dari permasalahannya, namun perlu diingat bahwa LPEU tidak mengambil alih masalah;  tetapi membantu mengatasi permasalahan.

Rencana tindak lanjut

Rencana tindak lanjut pertemuan ini dapat dihimpun melalui diskusi kelompok masing-masing dekenat; mengingat adanya perbedaan karakteristik umat dan wilayah dekenat.

Dengan memperhatikan sumber daya manusia dan dana serta pengalaman selama ini maka setiap dekenat mengusulkan satu program unggulan yang akan dapat dilaksanakan secara nyata yakni :

  1. Dekenat Utara Malang memprogramkan pelatihan budidaya bunga potong.
  2. Dekenat Selatan Malang: Kaderisasi, budidaya ternak dan perbaikan sarpras.
  3. Dekenat Malang Kota: Pelatihan ketrampilan industri rumah tangga
  4. Dekenat Madura,: Bantuan modal usaha dengan membentuk CU.
  5. Dekenat Blambangan: Pelatihan ekonomi kreatif.
  6. Dekenat Jemsibon + Probolinggo: Bank sampah.

Pertemuan yang berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 18 s.d 20 Agustus 2017 dengan mengambil tempat di Wisma Shanti Lawang, Jatim. Pertemuan ini   ditutup dengan pesan oleh Ketua PSE KM Romo Maryanto O.Carm.

“Menjadi penggerak sosial-ekonomi di paroki bukan soal untung rugi, melainkan memberikan diri bagi orang yang kita layani dengan tulus tanpa membeda-bedakan sesama, tidak mencari popularitas melainkan memanusiakan manusia,  dan menegaskan agar semua peserta untuk terus berproses,” begitu pesan sang romo.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here