Keuskupan Malang Sambut 100 Tahun WKRI dengan Perayaan Ekaristi

0
61 views
Ekaristi tandai Keuskupan Malang sambut perayaan 100 tahun keberadaan WKRI. (Ist)

RATUSAN perempuan berseragam biru-biru memenuhi Gereja Katedral Malang. Pemandangan ini terjadi hari Rabu 26 Mei 2024 sore hari. Mereka adalah anggota dan aktifis Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Keuskupan Malang yang sedang bersyukur menyambut 100 tahun WKRI.

Wujud syukur dalam bentuk Perayaan Ekaristi dipersembahkan Bapak Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm. Bersama konselebran Moderator WKRI Keuskupan Malang Romo JC Eko Atmono Pr dan Vikep Kategorial Keuskupan Malang Romo Ignasius Joko Purnomo O.Carm.

“Hari ini kita akan merayakan ekaristi untuk mengucap syukur, karena WKRI boleh merayakan hari ulang tahun ke-100. Genap satu abad organisasi masyarakat Katolik telah hadir dan telah menunjukkan kegiatannya sepanjang perjalanan sejarah bersama dengan para perempuan Indonesia lain. Jauh sebelum kemerdekaan RI, mereka para perempuan sudah ikut bergerak berjuang; terutama meningkatkan martabat kaum perempuan di bidang pendidikan dan bidang lainnya.

Perayaan Ekaristi bersama Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm bersama dua imam lainnya digelar di Gereja Katedral Malang dalam rangka HUT ke-100 WKRI. (Ist)

Mari kita syukuri adanya ormas Katolik, kita berharap semoga dengan ulang tahun ke-100 WKRI baik pada tingkat nasional -tetapi terutama pada tingkat Keuskupan Malang- dapat makin berkembang makin aktif makin berguna bagi Negara dan Gereja,” demikian pengantar Bapak Uskup. 

Hadir dalam misa syukur ini perwakilan Komisariat Cabang (KC) Jember, KC Malang Utara, KC Malang Selatan; Cabang Ijen, Kayutangan, Lely, Blimbing, Langsep, Ksatrian, Tidar, Janti, Lawang Tumpang dan Singosari.

Para petugas liturgi pada misa syukur ini yaitu lektor, pemazmur dan pembaca doa umat dari anggota WKRI. Mereka mengenakan pakaian nasional berkebaya putih dengan selendang biru. Demikian pula dengan para pengantar persembahan. Kelompok Paduan Suara WKRI tetap dengan mengenakan seragam WKRI.

Para anggota WKRI berkebaya dengan selendang biru membawa persembahan ke altar. (Ist)

Berinspirasi dari bacaan pertama 2Raj:8-13,23:1-3, dipesankan oleh Bapak Uskup berikut:

“Ada dua hal yang ingin saya katakan sebuah negara akan maju atau jatuh tergantung dari apakah mempunyai pemimpin yang baik dan apakah melupakan sesuatu yang penting.

Setiap bangsa atau organisasi tidak akan bertahan kalau tidak mempunyai satu pemimpin yang baik yang bisa menginspirasi dengan baik. Agar bisa maju dibutuhkan pemimpin yang bisa memimpin kegiatan mengarahkan anggotanya, punya visi yang jelas punya program yang jelas punya kedisiplinan untuk melakukan. Dan yang kedua organisasi akan hancur kalau terlalu jauh menyimpang dari visi awal.”

Segenap penggiat WKRI di Keuskupan Malang melibatkan diri dalam perayaan ekaristi sambut HUT ke-100 ormas Katolik pertama di Indonesia. (Ist)

“Semoga WKRI terutama yang ada di Keuskupan Malang, tetapi juga di seluruh Indonesia mampu mempunyai pemimpin yang tangguh pemimpin yang bisa memimpin anggota untuk maju berkembang. WKRI harus selalu kembali kepada tujuan asli ketika WKRI didirikan 100 tahun lalu,” pesan bapak Uskup kepada WKRI

“Selamat ulang tahun WKRI. Dirgahayu WKRI semoga maju semoga berkembang sehingga akan menghasilkan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi bangsa negara dan gereja. Dari pohon yang baik akan berbuah yang baik,” imbuh Bapak Uskup.

Sesudah Perayaan Ekaristi selesai dilanjutkan dengan acara santai di halaman samping gereja: Jalan Buring 60, Malang.

“Seperti sebuah syukuran pada umumnya acara sesudah misa juga berlangsung meriah ada sambutan, nyanyi bersama dan berjoged bersama serta menikmati hidangan yang telah disediakan oleh panitia semua berlangsung di halaman samping gereja Katedral Malang,” Bu Regi dari Kapel Sengkaling.

“Masing-masing Cabang WKRI dalam rangka menyambut 100 tahun WKRI juga sudah melaksanakan bakti sosial atau kegiatan lainnya sesuai kebutuhan cabang setempat,” imbuh Regi.

“Saya kira setelah misa selesai pulang, ternyata ada acara yang luar biasa: kebersamaan dalam perayaan sangat guyub dan tidak dikotak-kotak. Cerminan seorang ibu yang bijak dan sederhana. Momen 100 tahun WKRI semoga menjadi ajang kebersamaan dalam memberikan pelayanan lewat karya,” kata Bu Yusnie penata bunga altar di Kapel Landungsari.

Sedikit beda dengan harapan seorang ibu dari Paroki Ksatrian, dia memang tidak hadir dalam misa HUT WKRI.

“Saya itu sebenarnya mempunyai mimpi kegiatan WKRI tidak hanya lomba menghias tumpeng atau tugas-tugas liturgi, tetapi mengharap kegiatannya lebih mencerminkan WKRI sebagai organisasi masyarakat katolik, dan menyuarakan aspirasi wanita katolik ke masyarakat luas,” kata Maria sebut saja begitu.

PS: Foto (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here