Keuskupan Ruteng, Flores: Berbagi Pangan melalui Komunitas Basis

0
619 views
Membicarakan kebijakan berbagi pangan di Komunitas Basis Gerejani di Kevikepan Labuan Bajo. (Romo Martin Chen Pr)

“KAMU harus memberi mereka makan.” (Mat 14:16).

Terinspirasi oleh sabda Yesus ini, utusan paroki dan lembaga se-Keuskupan Ruteng bertemu tanggal 7-9 November 2018 di Paroki Wangkung Boleng, Kevikepan Labuan Bajo. Di paroki yang terletak di lembah sepi nan indah ini, mereka berdiskusi  mencari cara bagaimana Komunitas Basis Gerejawi (KBG) atau yang juga dikenal sebagai Kring bisa menjadi wadah berbagi pangan.

Mengapa Komunitas Basis?

Komunitas Basis adalah  perhimpunan 20-an keluarga yang tinggal berdekatan di wilayah sebuah paroki. Komunitas Basis atau Kring ini sejak lama menjadi wadah untuk berkumpul secara khusus untuk berdoa Rosario dan merayakan ibadat lingkungan.

Namun, KBG bukan sekedar kelompok ibadat atau devosional, tetapi sebuah persekutuan iman.

Paroki Wangkung Boleng, Kevikepan Labuan Bajo yang terletak di kawasan perbukitan.

Dan iman meliputi segala aspek kehidupan manusia,  baik rohani maupun jasmani, personal, sosial dan ekologis. Sebagai persekutuan iman, komunitas basis ingin mencontohi cara hidup Gereja Perdana yang selalu berkumpul untuk mendengarkan Sabda Allah, memecah-mecahkan roti dan berbagi satu sama lain (Kis 2).

Maka, dalam komunitas sesungguhnya terwujudlah kehidupan Gereja.

Karena itu, Konferensi Uskup Amerika Latin di Medellin tahun 1968 menyebut Komunitas Basis sebagai inti atau nukleus Gereja. Justru untuk mewujudkan dimensi diakonia ini, dalam perayaan HPS tahun ini Keuskupan Ruteng secara khusus ingin merefleksikan bagaimana Komunitas Basis tidak sekedar menjadi komunitas kultis devosional tetapi juga menjadi komunitas yang karitatif-profetis.

Berbagi pengalaman dan belajar bersama

Tema pangan sangatlah mendesak menjadi perhatian dan komitmen Gereja. Itu karena kemiskinan masih melilit sekitar 21% penduduk di wilayah ini. Lebih-lebih dalam konteks perubahan iklim dewasa ini yang mengakibatkan merosotnya hasil panen secara drastis. Maka diperlukan strategi untuk menjamin ketersediaan pangan di masa depan.

Selain itu, menguatnya egoisme dan konsumerisme zaman dewasa ini juga telah menantang Gereja untuk menemukan cara untuk mendorong semangat dan komitmen solidaritas serta berbagi di kalangan umat.

Diskusi komunitas basis soal HPS.

Para peserta HPS mensyeringkan pengalaman berbagi pangan selama ini dalam Komunitas Basis.

  • Ada yang mengadakan lumbung pangan di mana anggota kelompok mengumlulkan beras pada masa panen dan membagikannya pada yang kekurangan di masa paceklik.
  • Ada komunitas basis yang mengadakan arisan bulanan anggota untuk mendukung kebutuhan tiap anggota secara bergantian.
  • Ada pula komunitas yang sudah mengembangkan pertanian organik kelompok di mana mereka secara sadar memupuk dan mengolah lagan dan tanaman tanpa pupuk kimia anorganik. Tidak ketinggalan kelompok yang mensyeringkan pengalaman membangun kebun gizi keluarga.

Pengalaman-pengalaman berharga ini menjadi media belajar bersama yang saling memperkaya satu sama lain.

Anak-anak terlibat

Berbagi pangan bukanlah sekedar urusan orang dewasa tetapi harus menjadi gerakan semua orang. Habitus merawat alam dan berbagi pangan mesti ditanamkan sejak usia dini. Karena itu, dalam HPS ini panitia bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) menyediakan taman baca bagi anak-anak dan memotivasi kesadaran berbagi mereka melalui kegiatan membaca, menggambar, menyanyi, menari, dan berdiskusi.

Seperti yang terlihat dalam kegiatan anak-anak, segala program pemberdayaan hendaknya tidak menjadikan orang sebagai objek pasif penerima bantuan karitatif tetapi subjek yang aktif dan partisipatif.

Mereka hendaknya didampingi agar mandiri dan kreatif bertanggungjawab atas nasib mereka sendiri.

Untuk itu kata-kata indah Mahatma Gandhi ini sungguh menjadi penuntun yang jitu: berikan saya beras maka saya dapat makan sehari ini. Tetapi ajari saya menanam padi, maka saya dapat makan setiap hari.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here