Keutamaan Hidup yang Tereduksi

0
357 views
Ilustrasi: Rumah Betang di Stasi Selangkut Raya, Paroki Sepotong, Kabupaten Ketapang. (Mathias Hariyadi)

Senin, 19 April 2021

Bacaan I: Kis 6:8-15
Bacaan Injil: Yoh 6:22-29

“PADA tahun 1980-90 an, di Rumah Panjang atau Betang masih sering orang berbagi binatang buruan yang di dapat,” kata Bapak Ketua Adat.

“Apakah dilakukan oleh semua orang yang tinggal di rumah betang ini?,” tanya frater yang bersama saya mengunjungi Ketua Adat.

“Iya, semua orang dengan rela hati meletakkan binatang buruan itu diruai depan biliknya dan semua penghuni lain bisa mengambil sesuai kebutuhan mereka,” jawabnya.

“Semua orang begitu murah hati, dan sangat percaya satu sama lain di Rumah Betang ini,” reaksi spontan frater mendengar jawaban bapak itu.

“Situasi seperti itu saat ini, jarang sekali terjadi. Bahkan mungkin tidak pernah terulang,” kata bapak itu.

“Mengapa?,” tanya frater.

“Ada banyak hal yang berubah termasuk pola relasi di Rumah Panjang. Ini karena masuknya budaya komersialisme di tengah-tengah kami,” kata bapak itu.

“Zaman berubah ya Pak?” kata frater.

“Saat ini, binatang buruan itu tidak dibagi lagi; namun dijualbelikan,” kata bapak itu.

“Perputaran uang yang dulu sangat sedikit, karena masih adanya budaya barter. Kini sudah berubah harus dibayar dengan uang tunai,” lanjut bapak itu.

“Dampaknya jadi banyak ya Pak?,” sambung frater.

“Betul. Perilaku penghuni Betang juga berubah. Orientasi hidup yang dulu begitu menjunjung hidup komunitas beralih pada keutamaan individu dan kepentingannya,” jawab ketua adat.

“Hilangnya budaya berbagi menandai mundurnya nilai kebersamaan yang sejatinya menjadi karakter masyarakat kami,” kata Ketua Adat itu.

Kehidupan bersama memang berjalan maju, namun jangan sampai nilai-nilai yang begitu baik ditinggalkan untuk menerima nilai baru dalam arus zaman.

Jangan sampai kita meninggalkan nilai keutamaan hidup bersama yang sangat baik. Dan yang sebenarnya begitu kita rindukan, hanya karena desakan kebutuhan sesaat.

Ketua Adat telah mengenali penyebab tereduksinya budaya berbagi dan kini berusaha mengembalikan kembali orientasi hidup bersama.

Jangan sampai warganya terobsebsi dengan uang.

Uang itu hanya sarana untuk menciptakan kesejahteraan bersama.

Uang tidak bisa membeli kepercayaan dan rasa saling memiliki serta kemurahan hati dalam hidup bersama.

Apa tantangan terbesar saat ini dalam menghayati nilai keutamaan hidup?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here