Home AGENDA PERISTIWA KH Amiruddin Nahrawi Alias Cak Amir Jabat Ketua Pesparani Sumsel Pertama (2)

KH Amiruddin Nahrawi Alias Cak Amir Jabat Ketua Pesparani Sumsel Pertama (2)

0
Pangdam II Sriwijaya Mayjen Irwa dan Cak Amr. (Ist)

USKUP Keuskupan Agung Palembang, Mgr Aloysius Sudarso SCJ, resmi menunjuk KH Amiruddin Nahrawi alias Cak Amir menjadi Ketua Pesparani Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Hadirnya Cak Amir, sapaan akrab KH Amiruddin Nahrawi, memberi warna, sekaligus perwujudan dari tema Pesparani Sumsel Pertama.

Tema Pesparani Sumsel

Ada pun tema yang diusung adalah “Membangun Persaudaraan Sejati Menuju Sumsel Maju untuk Semua”.

“Membangun persaudaraan sejati, ini tema Pesparani Nasional. Kami pikir, (tema) itu masih sangat relevan dan cocok untuk situasi sekarang ini. Puji Tuhan, mungkin juga rencana Tuhan, yang memberikan kesempatan kepada kami semua, untuk mempercayai beliau, Bapak Kyai, untuk menjadi ketua kami,” kata Leonardus Sutrisna, Sekretaris Pesparani Sumsel.

Dalam sebuah kesempatan open house di rumah residennsi Gubernur Sumsel Alex Noerdin waktu itu, Cak Amir dan Uskup Keuskupan Agung Palembang Mgr. Aloysius Sudarso SCJ.

Tak salah pilih

Bukan tanpa alasan, Cak Amir dipilih Uskup Agung menjadi Ketua Pesparani Sumsel.

“Saya ditunjuk menjadi Ketua (Pesparani). Saya, KH Amiruddin Nahrawi, seorang muslim saya, Pak, tapi telah dipercaya oleh uskup. Ini karena ada sejarah sedikit,” jelas Cak Amir kepada Mayjen TNI Irwan, SI., M.Hum., saat melakukan audiensi kepada Pangdam Sriwijaya di Makodam, Selasa (22/10).

Saat kerusuhan 1998, Cak Amir turut mengamankan fasilitas publik yang hendak dirusak para demonstran.

“Saya Ketua NU (Nahdlatul Ulama) waktu itu. Jangan sampai preman-preman merusak di mana-mana. Dan betul, hotel, Rumah Sakit Charitas, dan lain-lainnya juga dirusak waktu itu. Bersama Banser Ansor, kami menjaga,” kisah Cak Amir.

Cak Amir.

Sepak terjang Cak Amir yang mengamankan suasana di era kerusuhan, rupanya tetap dilirik. Ketika masalah-masalah muncul di Palembang, kata Cak Amir, uskup, pemimpin agama dari Hindu, Buddha, dan Protestan, selalu menghubunginya.

Bahkan dalam salah satu kesempatan, Mgr Sudarso SCJ mengatakan bahwa bendahara Pengurus Besar Nahdatul Ulama Nasional ini adalah sahabatnya.

Mereka berdua pun tidak canggung berjabat tangan dan berpelukan, sebagai tanda keharmonisan hidup beragama.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version