DALAM Kitab Kidung Agung 8:6, kita bisa menemukan betapa mulianya makna cinta, yaitu Api Allah yang menggelora.
Ketika cinta sejati itu hadir dalam diri sepasang kekasih, maka tidak ada kekuatan apapun yang dapat memadamkannya. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki cinta, kekayaan sebesar apapun, tidak cukup untuk membeli cinta dan berakhir dengan sia-sia.
Dari Kitab Kidung Agung, kita bisa belajar bagaimana dua hati yang terpisah jauh saling merindukan untuk bertemu. Namun cinta sejati ada musimnya sebelum ia berkembang dan berbuah, Cinta tidak bisa dipaksakan, sebelum ia matang, janganlah ia dipetik.
Pun ternyata kesiapan dan kematangan Cinta menuntut kedua pasangan untuk bisa saling menjaga kesuciannya masing-masing sebelum pada akhirnya kesucian itu diberikan sebagai persembahan diri terbaik kepada pasangannya.
Cinta adalah kekuatan supernatural yang mampu menyatukan dua pribadi menjadi satu. Kebebasan cinta terletak pada kedasyatannya dalam memberikan diri seutuhnya, jiwa dan raga seluruhnya kepada sang tercinta.
Makna cinta dalam kitab Kidung Agung mengkritik keras cinta yang berdasarkan pamrih pamrih tertentu, uang dan kepuasan sesaat yang menyesatkan serta mengaburkan kekuatan cinta yang maha dahsyat.
Cinta sejati membuat seseorang menemukan dirinya sendiri di dalam orang yang ia cintai. Membuat dirinya lebih mengerti kekuatan dan kekurangannya, karena orang yang ia cintai adalah cermin bagi dirinya. Tetapi cinta tidak berarti menguasai sepenuh penuhnya orang yang dicintai.
Karena cinta ternyata juga membutuhkan jarak. Dengan jarak itu, seseorang dibiarkan menjadi dirinya sendiri, sehingga dengan penuh kesadaran dan kebebasan memberi dirinya untuk orang yang dicintai.
Dengan tulisan ini saya hanya ingin memperlihatkan keagungan cinta yang tersimpan rapat dalam lirik-lirik yang tertuang Kitab Kidung Agung.
Selamat membaca secara pribadi……