![iyd-manado-pengakuan-dosa](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2016/10/iyd-manado-pengakuan-dosa-e1476591418577.jpg)
8:1:11
Kata orang, “hidup kudus, suci atau sempurna itu, bagus. Dan hal inilah yang diperlihatkan oleh Tuhan Yesus kepada kita dan hal ini juga yang dikehendaki oleh Allah. Tuhan Yesus berkata, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48).
Namun apa jadinya bila kesucian hidup yang diperjuangkan manusia tersebut malah bertabrakan dengan kecenderungannya yang tidak tahan bila melihat tetangganya berbuat salah.
Manusia seringkali dengan mudah menghakimi sesamanya yang bersalah. Bahkan lebih dari itu, dia dengan mudah menghukum.
Padahal sudah berulang kali Tuhan Yesus memberikan peringatan, “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni” (Luk 6:37).
Tuhan Yesus datang ke dunia ini juga untuk mengajarkan sebuah Hukum Kasih, dimana kepada pihak yang benar tidak diperbolehkan memberi hukuman kepada pihak yang bersalah. Malah kita diminta memberi pengampunan.
Kenapa demikian? Karena kitapun masih sering melakukan dosa dosa lain. Hal penghukuman itu menjadi urusan Allah sendiri sebagai pemilik wewenang dan Hakim Agung.
Pada Injil harian hari ini, pendekatan hukum kasih itu diabaikan oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi mereka siapa yang kedapatan berbuat zinah, segera diterapkan hukum Musa yaitu, di hukum mati.
Lantas, bagaimana dengan mereka yang berzinah tetapi tidak kedapatan atau bagaimana dengan yang sudah berzinah dalam batin, apakah mereka dihukum mati juga?Delik hukum itu mesti disertai dengan alat bukti.
Yang tidak ketahuan beruntung tidak ketangkap dan yang melakukannya dalam hati, belum bisa dijadikan alat bukti. Manusia memang bisa merasionalisasikan apa yang terpendam di dalam hati.
Namun, perlu diingat cara Tuhan melihat itu berbeda dengan cara manusia melihat. Manusia melihat apa yang di depan mata sedang Tuhan melihat apa yang di dalam hati (bdk. 1Sam 16:7).
Dari yang dilihat dalam hati manusia itulah muncul pertanyaan Tuhan Yesus, “Siapa di antara kalian yang tidak berdosa, hendaklah ia melemparkan batu pertama kali?”
Atau ada nggak yang tidak berdosa di antara kalian ini? Malu nggak untuk mengakui.
Kata orang bijak, seringkali banyak orang berdosa beralibi. Suka menceritakan dan memperlihatkan kelemahan atau keburukan sesamanya dan itu semua demi menutupi kelemahan pribadinya.
Yang model begini, banyak sekali di sini. Senang menceriterakan kelemahan orang lain dan enggan mengoreksi diri sendiri.
Betul sekali kata Tuhan Yesus, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat 7:3)
Atau rusa yang di seberang lautan bisa kita lihat sedang debu di mata kita sendiri malah tak bisa terlihat. Kita seringkali berpikir,untuk mencari muka dengan menjual kelemahan orang lain pada Tuhan, nanti kita akan mendapat posisi dan diberi pujian. Hal ini malah salah.
Aku bertanya, Tuhan, siapakah yang boleh menumpang dan tinggal di rumah-Mu yang Kudus?
Tuhan menjawab, “Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (Mzm 15:2-5).
Renungan: Adakah di antara kita yang tidak berdosa?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 30.3.2020