Mat 6:7-15
SUATU ketika saya pernah menginap di sebuah biara susteran di kota A (nama samaran). Di tempat itu, saya kaget melihat persahabatan beberapa bintang.
Kisahnya demikian.
Seekor tikus besar datang dari tempat persembunyiannya menuju ke tempat sampah untuk mencari makan. Begitu makanan dia dapat di sana, dia membawanya keluar menuju taman biara. Di taman biara tadi, tikus ini menyantap makanannya.
Tiba-tiba seekor kucing entah dari mana datangnya, ikut numpang ke taman itu dan ikut makan bersama dengan tikus yang membawa makanan tadi. Ketika keduanya sedang asyik menikmati makanan, datang lagi seekor anjing turut makan bersama-sama dengan tikus dan kucing di situ. Ketiga binatang ini, makan bersama dengan makanan yang diambil tikus tadi dari tempat sampah.
Melihat persahabatan ketiga binatang ini, saya terkesima dan terpenganggah. Ini mukjizat. Luar bias.
Pada hal semua tahu bahwa ketiga binatang ini, dalam banyak dogeng di dunia kita tidak bisa akur. Mereka saling bermusuhan. Kucing akan bermusuhan dengan tikus; dan anjing akan bermusuhan dengan kucing dan tikus.
Namun, dogeng masa lampau yang terlanjur saya dengar itu, tidak seluruhnya membuat kebenaran. Toh, sekarang di depan mata saya mereka akur dan baik-baik saja. Dari persahabatan mereka ini, saya berkesimpulan doa-doa para suster di biara ini, sangat ampuh, bisa mempersatukan ketiga binatang yang saling bermusuhan.
Hebat betul doa dari biara ini.
Di samping kekaguman saya akan kekuatan doa-doa para suster tadi, saya juga was-was, jangan-jangan Kerajaan Allah sudah mendekat. Mengingat saat itu, saya sedang berobat di rumah sakit. Pikirku, kesempatanku untuk hidup barangkali akan berakhir di sini.
Dan Tuhan Allah sudah menunjukkan ke saya fenomena dari tanda-tanda datangnya Kerajaan Allah melalui pengamatan saya akan persahabatan ketiga binatang tadi.
Dan spekulasi saya ini, bisa-bisa menjawab ramalan Nabi Yesaya yang menggambarkan keadaan akhir zaman itu seperti ini,
“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya” (Yes 11:6-9).
Konsentrasi saya ke ramalan nabi Yesaya tentang akhir zaman berubah seketika, tatkala mendengar seorang suster di sebelah kamarku menangis. Di situ dia merajuk sendirian. Dugaanku, mungkin dia kesal dengan pimpinannya yang memutasikan dia ke tempat yang jauh dari kota. Atau mungkin dia lagi bermasalah dengan teman sesama biaranya.
Ketika mendengar semua ocehannya, penilaian saya tentang kekuatan doa-doa para suster sebelumnya tadi langsung berubah seketika. Aduh, saya terlalu dini menilai doa mereka hebat. Di sini rupanya ada juga “gelora” (gerombolan orang-orang rapuh) yang sedang menikmati ketidakcocokan satu sama lain.
Keesokan harinya, saya diminta oleh komunitas ini untuk memimpin misa pagi di biara mereka. Anehnya, malah bacaan harian pertamanya diambil dari Yesaya 11:1-10).
Sepertinya, Tuhan Allah sudah mempersiapkan semuanya.
Di homili pagi itu, saya “menggebuk” mereka dengan Sabda Allah melalui contoh persahabatan hidup ketiga binatang tadi.
Di situ saya mengatakan, “Doa bisa mendatangkan Kerajaan Allah dan efeknya bisa menyatukan permusuhan menjadi persahabatan.”
Jadi, pertunjukan persahabatan ketiga binatang tadi, bisa menjadi kritikan bagi kita yang sering kali susah hidup berdampingan dengan orang lain.
Renungan: “Datanglah Kerajaan-Mu dan Jadilah Keheningan”. Mampukah kita merealisasikan hal itu?
Tuhan memberkati.