Kiong Koe Berkicau: Diskusi Doa yang Bertele-tele

0
362 views
Perempuan berdoa (Ilustrasi/Ist)

Mat 6:7-15

“Dulu ketika kami masih berstatus sebagai Frater dan mahasiswa filsafat dan teologi di STFT Widya Sasana Malang sempat berpikir, bahwa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus janganlah berdoa bertele-tele berarti para murid dan pengikut-Nya tidak boleh mengucapkan doa yang panjang-panjang. Doa ya…singkat dan pendek saja”.

Tafsiran tekstual kami ini, rupayanya tidak senada dengan apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus melalui ungkapan tersebut.

Dengan kata lain, kami keliru dalam memahami kata-kata Tuhan Yesus ini.

Betul kata ahli Kitab Suci, “Kitab Suci kalau tidak disertai dengan studi yang mumpuni dan cuma bermodal belajar secara tekstual dan harafiah, bisa menyesatkan banyak orang”.

Katanya, fenomena fundamentallis yang berujung pada tindakan radikalisme agama, salah satu akarnya adalah dari studi teks yang dibaca secara harafiah.

Kalau yang kami tafsirkan dan kami pahami itu keliru, lantas tafsiran yang benar, seperti apa?

Menurut hasil studi ahli Kitab Suci Perjanjian Baru, Mgr. Prof. Dr. Hendricus Pidyarto, O.Carm, asal usul kata “bertele-tele” merupakan hasil terjemahan dari kata Yunani, “batallegeo”.

Menurut beliau, kata Yunani ini sebetulnya tidak cocok bila diterjemahkan dan diartikan dengan kata “bertele-tele”.

Yang benar adalah “merancu atau tidak jelas”.

Janganlah kamu berdoa dengan kata-kata yang merancu, mengacau, tidak jelas. Atau dalam analoginya beliau berkata, jangan berdoa seperti kata-kata seorang dukun, mulutnya berkomat-kamit dengan mengungkapkan kata-kata yang tidak jelas, sampai-sampai pasien yang mendengarnya tidak mengerti dia berbicara apa?

Berbicara atau berdoa dengan Tuhan itu, mesti jelas ngomongnya.

Pengandaian banyak orang selama ini, sekalipun kata-kata kita dalam doa itu tidak jelas maksudnya, bukankah Tuhan itu sudah tahu semuanya? Pengandaian semacam ini, sangat mungkin bertolak dari pernyataan, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau…., (Yer 1:5).

Selain itu, ada teks- teks lain lagi yang bisa mendukung hal ini yaitu, “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN”. (Mzm 139:2-4).

Jadi, bila sebuah ungkapan yang tidak jelas saja Tuhan tidak paham dan tidak maklumi dan Dia masih mempersoalkanya, maka kemampuan Tuhan dalam mengetahui banyak hal bisa juga menimbulkan keraguan dan membatalkan niat orang untuk beriman kepada-Nya.

Alasan pengandaian semacam ini, memiliki titik lemah. Dalam kasus orang abnormal, Tuhan sudah sangat mungkin memahami doa mereka yang abnoramal seperti orang tuli, bisu dan semacamnya.

Akan tetapi, apakah Tuhan bisa memaklumi doa mereka yang normal, yang otaknya masih bisa dibuat berpikir dan mulutnya masih bisa bersuara? Sangat tidak mungkin bukan?

Oleh karena itu, bagi kita orang yang waras ini, mari kita berdoa dengan kata-kata yang terstruktur, logis dan masuk akal.

Tuhan sudah mengaruniakan hal itu kepada kita, sayang sekali bila kemampuan ini, tidak diasah dan digunakan untuk memuji Tuhan dengan baik.

Renungan: “Dia Yang Maha Tahu sudah memberikan kita sarana pengetahuan supaya kita bisa tahu”

Tuhan memberkati.

Apau Kayan, 3.3.2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here