Apau kayan, 21-9-2022
Mat 9:9-13
SETIAP kali ada acara pemberkatan pernikahan di gereja baik di pedalaman maupun di beberapa kota di mana saya bertugas, saya selalu diundang oleh keluarga mempelai untuk ikut acara pesta pernikahan di tempat mempelai.
Biasanya, dalam acara pesta pernikahan tersebut disajikan begitu banyak varian makanan. Dan bagi anak muda dan orang tua tertentu, pesta pernikahan belum lengkap dan kurang asyik bila tidak disertai minuman alkohol.
Saat undangan, “mari ikutlah kami” bergabung untuk minum alkohol adalah saat di mana iman dan nyali saya diuji. Ikut bergabung berarti ikut berkumpul dengan “si peribut”.
Sebaliknya, menolak bergabung ke sana, saya akan dilabeli oleh mereka sebagai orang yang “anti sosial”.
Benar-benar berada dalam pilihan yang serba rumit.
Ajakan untuk bergabung dan bergaul dengan “si peribut”, mustahil bila disebut sebagai pintu masuk untuk menghadirkan Kristus ke tengah hidup mereka. Daging panggang dan “si peribut” sudah ada di tengah lingkaran duduk mereka, mungkinkah saya bisa menahan lidah untuk tidak menyentuh dan makan?
Ah… bergabung dan ikut minum saja.
Toh ada nas bijak yang mengatakan, “Air anggur merupakan kehidupan bagi manusia, asal saja diminumnya dengan ukuran. Macam apa kehidupan dimiliki manusia kalau tidak ada anggur baginya? Ia diciptakan untuk menggembirakan hati manusia. Keriangan hati, kegembiraan jiwa, itulah air anggur kalau diminum pada waktu tepat dengan cukupnya.” (Sir 31:25,27-28).
Namun demikian, kita harus betul betul memperhatikan juga nasihat orang bijak bahwa bila anggur diminum di luar nalar akan seperti babi tidur belumur dengan muntah dan nginap di sembarang tempat. Dikerumuni anjing berebutan makan dan jilat muntah-muntah yang tersisa di mulut si pemabuk.
Betapa harga diri dan martabat manusia lenyap seketika saat kita berada dalam kondisi mabuk berat. Oleh karena itu, petuah orang bijak yang bilang, “Janganlah gagah berani dalam hal minum anggur, sebab sudah banyak orang dibinasakan air anggur.” (Sir 31:25).
Minum anggur yang berlebihan tidak hanya membuat orang menjadi pusing dan sempoyongan. Minuman tersebut bisa menimbulkan keributan dan pertikaian. Bahkan minuman anggur bisa membuat dan mengantar orang pada perilaku dosa.
Itulah mengapa Si Amsal dengan tegas melarang, “Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping.” (Ams 23:20-21).
Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak. Lalu matamu akan melihat hal-hal yang aneh, dan hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau.
Engkau seperti orang di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal. Engkau akan berkata: “Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku, tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur lagi.” (Ams 23:31-35).
Lalu ajakan siapa yang perlu kita ikuti? Kita perlu mengikuti undangan Kristus dan mengabaikan undangan “si peribut”.
Ajakan-Nya, “Ikutlah Aku” yang ditujukan kepada Matius sebagai pemungut cukai juga merupakan undang untuk kita ikuti. Kita adalah pendosa yang mudah goyah digoda dan diajak oleh anggur, erotisme korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kita butuh figur teladan kehidupan.
Dan Tuhan Yesus adalah Sang teladan kehidupan. Mengikuti Tuhan Yesus berarti menanggalkan semua ajakan “si peribut”, “si erotisme”, si kkn” yang “demen” dengan perilaku dosa.
Kita butuh mengikuti Tuhan Yesus dalam seluruh tutur kata dan perilaku hidup-Nya. Sebab Dia satu-satu-Nya manusia yang tidak pernah melanggar moral.
Dan Dia adalah penjamin keselamatan kehidupan manusia seluruhnya.
Refleksi: “Kita tidak rugi bila terus bergaul dengan Tuhan Yesus.”