Kiong Koe Berkicau: Jesus Efek dan Strategi Misi

0
186 views
Yesus Sembuhkan Banyak Orang. (Romo Simon Yogatama Pr/Keuskupan Ketapang)

Kis: 14-5-18

Kata orang “Seorang musikus akan di kenal dari aliran musiknya, sedang seorang murid Kristus akan di kenal dari “buah-buahnya”.

Begitulah hidup akan selalu berefek dari dan dengan siapa kita bergaul.

Dalam bacaan harian pertama hari ini, Jesus efek sangat berpengaruh sekali dalam hidup  Para Rasul. Iman akan penyertaan dan karunia kuasa mukjizat dari Allah menambah semangat dan keberanian misi pewartaan.

Namun fakta yang mereka hadapi kadang Jesus efek ini tidak bisa direspon dengan baik oleh semua pihak. Ada pihak yang menolak dan ada juga pihak yang menerima.

Apakah hal itu, ada kaitannya dengan trik marketing pewartaan? Modal semangat dan nekat saja tidak cukup. Seorang pewarta Injil perlu memahami konteks dengan tahapan seperti: survei, refleksi, aksi dan selebrasi.

Pengalaman Rasul Paulus dan Barnabas ketika melewati kota Ikonium di mana nyawa mereka hampir mati akibat dilempari batu oleh pihak pemimpin Yahudi, tentu bukan saja hanya soal menyangkut risiko menjadi murid Kristus.

Akan tetapi, absennya penggunaan kemampuan akal untuk memperhitungkan dan mensiasati medan demi meminimalisir terjadinya resiko yang fatal, sepertinya tidak mereka pertimbangkan.

Sering kali penginjilan yang bermodalkan semangat dan nekat, dipicu dan dimotivasi oleh sikap ketidaksabaran untuk segera melihat hasil yang melimpah. Orang lupa, hasil yang melimpah itu, bermula dari sebuah proses berkepanjangan.

Orang perlu melakukan survei dan refleksi. Apabila kedua proses itu, sudah di lakukan, baru orang melakukan tahap aksi. Dan kalau aksi sudah berjalan dengan baik, baru orang melakukan selebrasi.

Potret kegagalan misi mereka di sana, bisa menjadi celah bagi kita untuk belajar tentang Jesus efek dan strategi misi. Dan bagi kita, poin paling utama adalah membangun relasi kedekatan dengan hidup Jesus perlu dihidupi sejak dini.

Hidup Jesus harus menjadi Jesus efek bagi kehidupan spiritual kita. Ketika Rasul Paulus dan Barnabas meninggalkan Ikonium dan menginjil ke kota Listra, “Allah menempatkan orang lumpuh di hadapan mereka”.

 Oleh Jesus efek, Paulus “melihat” orang lumpuh itu, memiliki iman. Tanpa ragu dia berkata, “berdirilah tegak di atas kakimu” Orang lumpuh itu, sembuh. Di sinilah Jesus efek bekerja.

Pengalaman kesembuhan orang lumpuh ini, membuat orang Listra terpesona dan menyakini bahwa Paulus dan Bernabas adalah perwujudan dari dewa Hermes dan Zeus.

Kata mereka, “dewa telah berubah wujud menjadi manusia”. Inilah momentum bagi kedua Rasul ini, untuk mempublikasikan Dewa Yesus ke tengah mereka.

Memang tidak bisa dipungkiri kalau orang memiliki karisma khusus, bisa menjadi sarana ampuh untuk membalikkan orang dari dewa-dewa kepada iman akan Kristus.

Fenomena iman orang Kristiani hari ini, sangat terpengaruh oleh yang model-model kayak gitu. Mereka menunggu karisma dari imam-imamnya.

Imam yang memiliki “karisma khusus” bisa dipastikan followersnya pasti banyak. Imam yang biasa-biasa akan “mati” kesepian karena tidak mempunyai “karisma khusus”.

Karunia khusus itu, diberikan  Tuhan hanya kepada orang-orang tertentu. Jadi, tidak perlu kita mencari “karunia khusus” di luar yang sudah di tentukan Tuhan. Hidup sehati dengan Tuhan saja. Sudah cukup.

Renungan: Hati yang arif merenungkan konteks, dan telinga pendengar merupakan idaman orang bijak  (bdk.Sir 3:29)

Tuhan memberkati.

Apau Kayan, 11.05.2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here