Kiong Koe Berkicau: Spiritualitas Gempa Bumi

0
240 views
Ilustrasi: gempa Itallia dan suster. (ist)

Mat 28:1-10

Mendengarkan kata “gempa bumi”, memori kita langsung pada peristiwa tsunami di Aceh atau peristiwa di Jogyakarta, atau Donggala-Palu beberapa tahun yang lalu. Banyak bangunan yang luluh lantah dan tidak sedikit pula korban yang mati dalam peristiwa tersebut.

Tak jarang oleh para bijak gempa bumi dijadikan sebagai peristiwa untuk menghajar dan mengajarkan tentang kehidupan. Setidaknya, melalui kejadian tersebut, orang diingatkan untuk sadar dan segera intropeksi dan membenahi diri.

Hari kebangkitan Tuhan Yesus yang kita rayakan dalam suasana isolasi diri hari ini, dicatat juga dalam Kitab Suci adanya peristiwa gempa bumi.

Pengiinjil Lukas mengisahkan saat Tuhan Yesus mati, Yerusalem mengalami kegelapan total karena matahari hilang selama tiga jam (Luk 23:44-45).

Kemana matahari pergi selama tiga jam? Mengapa dia mengumpet? Mungkinkah dia ikut berkabung karena kehilangan sumber Cahaya kehidupan.

Penginjil Matius melihat fenomena yang lain lagi saat Tuhan Yesus mati. Katanya, Bait Allah tempat utama doa orang Yahudi terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Kalau Bait Allah terbelah dua? Kemana lagi mereka mempersembahkan korban doa?

Maka darah Tuhan Yesus yang jatuh itu, menghapus seluruh bentuk-bentuk korban tebusan yang diprosesi di bait Allah. Dengan kata lain, orang tidak perlu repot-repot lagi menyembelih binatang korban di bait Allah. Darah Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi kurban sekaligus peralihan cara hidup rohani dari manusia yang lama ke manusia yang baru.

Bagaimana dengan fenomena gempa bumi ketika Tuhan Yesus mati? Fenomena apa itu? Mungkinkah itu tanda bumi ikut berkabung? Apakah dengan bergetarnya bumi yang dahsyat itu, bisa dilihat sebagai nada kemarahan karena merasa terpukul atas perlakuan ulama Yahudi yang salah mengadili Tuhan Yesus?

Atau mungkin dia bergejolak seperti itu, karena dia merasa kehilangan sumber perlindungan akan keberlangsungan hidup dia selanjutnya?

Lagi-lagi, kematian Tuhan Yesus meninggalkan banyak hikmah kehidupan. Kematian-Nya yang diikuti oleh reaksi alam seperti itu, malah menelanjangi martabat hukum dan keadilan yang sering dimanipulasi oleh tangan-tangan jahil di zaman itu.

Melalui fenomena alam itu, Dia mau memberikan pesan kepada manusia supaya hukum dan keadilan tidak boleh digadaikan demi syahwat politik dan kekuasaan.

Lantas, bagaimana hubungan gempa bumi di hari kebangkitan-Nya? Tanda apa itu? Apakah itu tanda lahirnya Yerusalem baru, seperti yang dinubuatkan di kitab (Za 14:5)?

Atau mungkinkah itu tanda akhir zaman seturut dengan nubuat Tuhan Yesus sendiri di Injil (Mat 24:7)? Bukan! Gempa bumi yang membuka batu pintu tempat Yesus terkubur mempunyai arti teologis.

Dalam kebangkitan Tuhan Yesus, gempa bumi memiliki tujuan khusus. Menurut hemat saya, ada beberapa fungsi Gempa bumi di situ:

Pertama, gempa bumi yang membuka batu penutup kubur Yesus , bertujuan untuk memberikan berita sukacita kepada dunia bahwa Tuhan Yesus sudah menaklukkan maut.

Kedua, gempa bumi di hari Paskah Tuhan itu, berfungsi untuk membangun, membuka dan menggulingkan batu yang menutupi iman para murid Tuhan dan pengikut-Nya yang sudah terlanjur layu, loyo, takut, rendup dan mati karena Tuhan Yesus mati.

Ketiga, gempa bumi di hari Paskah Tuhan, berfungsi untuk memberikan energi baru bagi para murid supaya mereka mempunyai cara yang baru untuk melihat hidup mereka selanjutnya yaitu, hidup dengan “kaca mata” Paskah.

Kempat, gempa bumi di hari Paskah Tuhan, berfungsi untuk membuka tiga pondasi utama hidup para murid Tuhan yaitu, iman, harapan dan kasih.

Keempat fungsi gempa bumi di hari Paskah Tuhan di atas berlaku pula bagi kita yang saat ini hidup dalam isolasi karena ketakutan tertular covid 19.

Semoga gempa bumi yang membuka penutup kubur Tuhan Yesus turut membuka batu-batu yang menutup iman dan hidup kita dari ketakutan covid 19, dari beban utang kredit bank, dari krisis ekonomi, dari masalah keluarga, sengketa harta warisan, dan dari semua bentuk beban apa pun.

Mari kita berdoa, “Tuhan, gempakanlah semua batu-batu yang menutupi hati dan pikiranku dari pelbagai macam persoalan dan beban hidup yang aku pikul saat ini”

Selamat Paskah. Tuhan memberkati.

Apau Kayan, 12.4.2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here