Yoh 4:43-54
Desember 2019, Coronavirus mucul pertama kali di kota Wuhan. Keadaan di sana waktu itu, sangat menyayat hati. Saat itu, kekuatan pemerintah dan ahli medis Cina saling bertarung dengan kekuatan Coronavirus. Keadaan di sana saat itu benar-hidup dalam zona perang total.
Berita penyebaran atau bentuk ketularannya pun sampai di Indonesia. Di sini saat itu, pemerintah pusat dan beberapa ahli medis menganggap enteng. Malah mereka memberikan angin surga kepada kita.
Opininya waktu itu, “warga tidak perlu takut dengan Coronavirus. Indonesia berbeda iklim dengan Cina. Virus bisa mati dengan iklim Indonesia yang lumayan panas. Santai saja!”
Mengapa saat itu, pemerintah pusat kita menganggap enteng dengan penyebaran Coronavirus ini? Karena mereka menilai, berita penyebaran Coronavirus di kota Wuhan itu, hanya menjadi bentuk kritik oposisi yang menakuti iklim investasi di Indonesia.
Apalagi saat itu, sudah banyak agenda pemerintah pusat untuk bangun ini dan itu. Jadi, nafsu membangun infrastruktur lebih dikedepankan dan upaya preventif Coronavirus ditunda dan dikesampingkan.
Coronavirus dari kota Wuhan ini, berlari dengan cepat dan liar. Dia ke sini melewati pelbagai jalur transportasi udara, laut dan darat. Lalu menghantam istana raja. Menteri Perhubungan langsung terpapar dan beruntung masih bisa diselamatkan.
Istana panik, apalagi publik. Jakarta sebagai jantung ibukota ketar ketir ketakutan. Dari sana, penyebaran semakin tidak terkendali dan opini kecaman publik pada pemerintah berhamburan di sana sini.
Pemerintah masih mau beradu argumentasi? Sudah…rendah hati saja. Opini penangkal virus bisa diatasi oleh iklim Indonesia sudah ditelan mentah-mentah oleh Coronavirus.
Beruntung mereka yang “pede” membuat opini antivirus abal-abal ini, tidak menjadi tumbal.
Saudara sekalian, jangan coba-coba sok jago dengan Coronavirus. Dia tidak seperti penguasa lalim yang menghukum dan menangkap oposisi karena berbeda haluan politik.
Yang ditangkap dan yang menjadi target penembakan Coronavirus tidak mengenal istilah tebang pilih. Dia tidak mengenal kelas kasta, agama dan ras. Di depan dia saat ini, manusia di samakan derajat dan statusnya. Mungkinkah Coronavirus ini, menjadi anti tesis dari panglima hukum yang dibuat dan yang diterapkan manusia abal-abal zaman ini? Entahlah
Kembali lagi pada kita. Betapa pentingnya kita belajar cara hidup beriman seperti yang diperlihatkan oleh pegawai istana dalam bacaan Injil hari ini.
Ketika wabah penyakit demam menghantam anak kesayangannya, dia tidak tinggal diam dan tidak anggap enteng. Dia mencari berbagai macam cara, supaya wabah demam anaknya tidak ikut terpapar masuk ke istana tempat orangtuanya bekerja.
Orangtuanya, sudah berpikir matang bahwa penularan wabah virus demam anaknya bisa terpapar lewat dia masuk kedalam istana. Apa tidak gawat, bila semua menteri dan raja di istana ikut terpapar virus demam?
Dalam kelelahan berpikir, dia berjuang mencari vaksin dan obat antivirus demam buat anaknya. Dia tidak absen membaca berita koran lokal yang barang kali ada saja penemu antivirus demam di pelbagi pelosok.
Dan ketekunan membaca berita dan informasi di tempatnya, dia berhasil menemukan seorang ahli antivirus berasal dari Nasareth.
Entah di sebut kebetulan atau tidak, Si Ahli antivirus ini datang dari sana melewati Yudea dan mau mampir di Galilea tempat dia berdomisili.
Kayaknya, si Pegawai Istana ini, bukan orang sembarangan. Dia orang beriman. Dia pendoa yang tak pernah lelah.
Bisa-bisa kedatangan si Ahli antivirus dari Nasareth ini, menjadi bagian dari jawaban doanya yang terucap bertahun-tahun. Doa memang bisa mempertemukan antivirus dan jawaban hati yang sedang sesak.
Dan betul, begitu keduanya bertemu, si pegawai istana bilang pada Ahli antivirus, “Tuhan, datanglah sebelum Coronavirus menjemput anakku”.
Si Ahli Antivirus menjawab, “pergilah atau pulanglah ke rumah, anakmu sudah hidup”.
Begitu dia imani kata-kata dari Ahli Antivirus ini, dari perjalanan bawahannya bilang anakmu sudah sembuh.
Hebat betul ahli antivirus ini.
Apakah kata-kata yang sama ini, bisa menjadi Antivirus bagi kita yang saat ini, terpapar ketakutan karena diintimidasi oleh Coronavirus?
Renungan: Mana lebih baik mencegah atau mengobati?
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 23.3.2020