SETIAP pagi pukul 05.58 WIB, Paulus Mikhael Sukidi sibuk membangunkan anak-anaknya. Meski mata anak-anaknya masih mengantuk, dengan taat mereka berdoa: Angelus, Doa Pagi, Doa Iman, Doa Cinta, dan Doa Pengharapan.
“Itu hukumnya wajib, tidak boleh malas,” kata Yustina Muliawati (56)
Setelah berdoa, semua ke pos masing-masing. Ada yang menimba air, menyapu halaman, dan membantu ibu di dapur.
Menunggu ayah pulang
Setelah sarapan pagi, mereka ke sekolah di SD Xaverius, Curup. Ketika makan siang, mereka harus menunggu ayahnya pulang dari sekolah. Ayah mereka adalah seorang guru.
“Kami sering diejek tetangga. Anak kecil kok makan saja harus menunggu ayahnya pulang. Mereka tidak tahu kalau setiap pagi kami sarapan. Jadi, tidak merasa lapar selama menunggu ayah pulang,” ungkap Yustina.
Sore hari anak-anak Sukidi ke kebun. Entah menanam padi, jagung, kentang, sayur, dll. Dari hasil kebun itulah keluarga Sukidi mendapat tambahan penghasilan.
Pulang dari kebun sekitar jam empat sore. Di rumah disediakan kudapan, ada pisang goreng, ubi, jagung, dll.
Sedikit nakal
Setelah makan malam, mereka tidak cuci piring, tetapi doa malam bersama. Biasanya salah satu anaknya, ada yang membuat ulah, seperti mau buang angin, badannya miring-miring. Melihat itu, ayah siap sandal, siap memukulnya.
Kami tertawa, doa tersendat-sendat. “Biasanya yang melanjutkan adalah Avin,” kata Yustina.
Avin kecil diminta orangtuanya untuk membagi tugas kakak dan adik-adiknya. Tugas tambahan Avin kecil adalah membantu ayahnya mengisi rapor.
“Tulisan Avin rapi dan lebih bagus daripada tulisan bapak,”kata Yustina sambil tersenyum.
Selesai doa malam, mereka cuci piring dan belajar. Sementara Sukidi dan Sutarti berdoa rosario dan membaca Kitab Suci. (Selesai)
PS: Diambil dari buku Kenangan Tahbisan Uskup Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, hlm. 49-50.