Kita Beda, tapi Kita Tetap Bersaudara

0
481 views
Mahasiswa muslim dan komunitas Katolik di Lampung berdialog dan bersama-sama kunjungi gereja. (Sr. Fransiska Agustine FSGM)

DUNIA ini tidak mungkin dihuni penganut agama Islam semua. Atau agama Katolik semua. Tuhan menciptakan berbagai ragam manusia.  

Sehari-hari sebagai anak bangsa, kita pasti berjumpa dengan orang lain yang berbeda suku, ras, golongan, dan agama.

Perjumpaan

Senin, 22 November 2022, di Aula St. Andreas Rasul Margo Agung, telah terjadi perjumpaan. Kelompok Mahasiswa Muslim dengan Komunitas Katolik.

Kelompok Mahasiswa Muslim seumlah 25 orang adalah para mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Datang bersama dosen favorit di kampus mereka yakni Prodi Studi Agama-agama dan Kepala Pusat Penelitian UIN Raden Intan Lampung: Dr. H. Sudarman MA.

Sedangkan Komunitas Katolik itu adalah Pemuda Katolik dan Mahasiswa Katolik; dikoordinir oleh Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) dan Kerawam Keuskupan Tanjungkarang, Romo Philipus Suroyo Pr.

Romo Roy menjelaskan ornamen-ornamen di Gereja Stasi Margo Lestari bersama Dr. H. Sudrman (kanan bawah) dari UIN Raden Intan Lampung. (Sr. Fransiska Agustine FSGM)

Hormati perbedaan

Perjumpaan itu, menurut H. Sudarman, bukan berarti yang Katolik mulai meragukan ke-Katolik-annya. Begitu pula yang Muslim yang mulai meragukan ke-Islam-annya.

Tetapi justru yang Katolik semakin Katolik. Yang Muslim semakin Muslim.

Akan tetapi dalam keteguhan iman itu, kita sadar bahwa di luar keyakinan kita, ada orang yang berbeda imannya.

Tidak sama. Dan itu harus kita hormati. Kita jaga. Kita hargai.

Ini akan muncul toleransi. Kerukunan. Penghargaan.

Mimpi yang sama  

H. Sudarman memiliki mimpi. Salah satu mimpinya, di dalam diri generasi-generasi muda, tumbuh cinta perdamaian. Kerukunan. Menghargai sesama manusia.

Ia berharap, perjumpaan ini bisa terus-menerus diusahakan. Berjumpa dan terus berjumpa. Berkolaborasi dalam gerakan kemanusiaan dan alam semesta.

Mimpi yang sama juga dimiliki Romo Philipus Suroyo Pr.

Kepada generasi muda, ia banyak berharap untuk menjadi corong persaudaraan. Menyuarakan persaudaraan. Perdamaian.

Ini pekerjaan rumah besar yang harus dikerjakan dengan kerja keras.

Serah terima buku Dokumen Persaudaraan Manusia di Aula St. Andreas Rasul Margo Agung. Para mahasiswa juga berkesempatan mengunjung Gereja St. Maria Stasi Margo Lestari Lampung. (Sr. Fransiska Agustine FSGM)

Moderasi beragama, kata Romo Roy -panggilan akrabnya- menjadi tugas panggilan pengutusan kita. Siapa pun orangnya. Tanpa kecuali.

Terus-menerus harus kita suarakan. Gelorakan. Perjuangkan. Dikerjakan bersama.

Acara ini dikemas dalam suasana santai. Setelah acara perkenalan, para mahasiswa mengunjungi bangunan Gereja St. Maria Stasi Margo Lestari. Sekitar 15 menit dari Gereja Margo Agung.  

Di dalam bangunan gereja itu, Romo Roy menjelaskan tentang ornamen dan simbol-simbol agama Katolik yang ada dalam gedung gereja itu. Termasuk 14 perhentian Jalan Salib.

Sejarah Gereja dijelaskan oleh salah seorang umat, penduduk asli Margo Lestari.

Usai berkunjung di gereja itu, mereka kembali ke Aula Stasi Margo Agung. Banyak pertanyaan diajukan seputar hidup membiara dan kehidupan seorang imam.

Di akhir kegiatan ini, Romo Roy Pr menyerahkan buku Dokumen Tentang Persaudaraan Manusia kepada H. Sudarman dan dua orang mahasiswa UIN.

Acara Ngopi Pay dan Bincang-bincang santai ini disponsori oleh Roti Jhon’s, Kopi Kapal Api, ABC, dan Ayam Geprek.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here