FILM baru “Knock knock” dari Liongate benar-benar menggoncangkan keutamaan hidup yang telah kita terima selama ini. Film yang dibintangi oleh Keanu Reeves (Evan Webber) mengisahkan tentang bencana yang datang karena ketukan pintu dari dua orang gadis.
Jebakan maut
Hari itu adalah Father’s day. Evan Webber, mantan DJ dan kini berprofesi sebagai arsitek, tengah bergulat dengan pekerjaannya. Untuk itu dia rela menghabiskan akhir pekannya seorang diri di rumah. Sementara Karen (Ignacia Allamand) sang istri dan dua anaknya pergi berakhir pekan ke pantai.
Sebelum berpergian, Karen menitipkan karya seninya yang akan dipresentasikan dalam pameran. Saat itu Louis, asisten Karen berkelakar kepada anak-anak Evan bahwa ayahnya tidak bergabung ke pantai karena akan merayakan “super secret party.”
Evan malam itu bekerja ditemani oleh anjing, musik rock, dan hujan deras. Di tengah asiknya bekerja, mendadak didengarnya suara ketukan pintu. Penuh was-was, Evan membuka pintu. Sungguh mengejutkan ketika pintu dibuka, dua gadis basah kuyup berlagak kedinginan dan tersesat meminta pertolongan. Evan bertindak sangat sopan dan berusaha membantu sebisanya.
Dua gadis tersebut memperkenalkan diri sebagai Genesis (Lorenza Izzo) dan Bel (Ana de Armas). Satu persatu permintaan tolong disampaikan dari soal bantuan mencari taksi, butuh handuk, meminjam gadget untuk menghubungi teman, pinjam kamar mandi dst. Dan Evan sebagai lelaki yang baik dan sopan semaksimal mungkin membantu mereka.
Ketika menunggu kedatangan taksi selama empat puluh menit, terjadilah hal-hal yang di luar dugaan. Dua gadis ini dengan halus menggoda Evan. Sikap dan tindakan mereka membawa Evan pada godaan seksual. Tetapi Evan, sekali lagi, menang atas godaan. Sampai akhirnya taksi datang dan Evan pada detik terakhir perjuangannya ternyata masuk dalam jebakan. Evan tergoda oleh kemolekan tubuh dua gadis muda itu. “Selamat hari ayah,” demikian dua gadis itu melucu.
Vandalisme
Pagi harinya Evan dikejutkan oleh Genesis dan Bel yang menjadikan dapurnya berantakan. Dua gadis itu berlaku sangat di luar kendali. Evan kehilangan kesabarannya dan nyaris menghajar dan melaporkan kelakuan gadis-gadis tersebut. Namun dua gadis ini justru sebaliknya mengancam akan membongkar tindakan Evan kepada mereka. Evan menyerah dan akhirnya mereka dihantar pulang.
Ternyata kejadian masih berlanjut di malam kedua. Genesis dan Bel berhasil masuk ke rumah Evan dan melakukan hal yang lebih gila dari hari sebelumnya. Evan diikat. Tembok, lukisan, foto, dan hasil karya Karen dicoret-coret bahkan dipecah. Aksi vandalisme ini membuat rumah Evan yang semula rapi dan elok berubah parah. Aksi mereka meningkat ke teror dengan merekam adegan Evan dicumbu oleh Bel. Louis asisten Karen yang datang pun akhirnya terbunuh oleh perilaku dua gadis edan ini.
Lalu ketika Genesis menemukan pistol milik Evan, mereka membuat permainan “hide and seek” yang berujung pada penguburan Evan di halaman sebelum matahari terbit. Itulah akhir dari permainan gila dua gadis yang menggoda ayah yang baik. Genesis dan Bel pergi begitu saja dengan penuh kegembiraan karena telah menyelesaikan pestanya dengan Evan.
Tak lama kemudian Karen dan anaknya pulang dan termangu melihat keadaan rumah. Anak lelaki Evan berkata, “ Ayah punya pesta.”
Runtuhnya keutamaan hidup
Film ini membawa penonton pada kesadaran baru bahwa orang asing yang ramah pun bisa menjadi musuh kita. “Ga usah sok ramah pada orang lain.” Mungkin demikian yang ingin dikatakan kepada penonton. “Tutup telinga bila ada orang mengetuk pintumu. Apalagi mereka tidak dikenal.” Buktinya kebaikan dan pertolongan yang diberikan bisa justru menghancurkan hidup, karya dan rumah tanggamu.
Cara menghancurkan kehidupan pun begitu mudah pada jaman ini. Genesis dan Bel menjadi personifikasi dari serangan terhadap kehidupan rumah tangga (nb. Ini bukan soal gender). Mereka mengupload video tak pantas ke dinding FB Evan. Habislah sudah harga diri Evan.
Runtuhnya kesetiaan umumnya terjadi karena visi tentang keluarga dilepaskan dari kepala barang beberapa detik saja. Ketika mereka yang disebut keluarga tidak ada dalam kepala salah satu anggota keluarga maka kehidupan rumah tangga siap tenggelam. Oleh karena itu pesimisme tentang kesetiaan pun diekspos dalam film ini. Walau di rumah itu terdapat puluhan gambar dan foto keluarga, itu bukan jaminan semuanya berjalan baik. Dalam film ditunjukkan karena Evan memejamkan matanya sejenak dan lupa tentang keluarganya maka bencana datang.
Sehebat-hebatnya seorang ayah, ternyata tetap tidak kuat terhadap godaan ketika visi tentang keluarga hilang. Ini yang selalu dikatakan oleh Evan, “Aku orang baik-baik. Aku ayah yang baik.” Tetapi semua itu tidak bisa dibuktikan ketika dia tidak berani mengatakan “Tidak!” pada ketukan pintu. Pintu kehancuran adalah jawaban kita “Ya” atau “Tidak” terhadap suatu godaan. Genesis dan Bel mengatakan bahwa kebanyakan suami yang mereka datangi, umumnya tidak mampu melawan godaan seksual.
Sisi lain yang disampaikan oleh Knock-knock adalah aksi teror dan vandalis merupakan pesta. Suatu hal yang gila dan menghancurkan karya seni tetapi sungguh memproduksi sesuatu yang fun.
Maka melihat film ini penonton harus berpikir keras bagaimana dapat menciptakan lingkungan yang penuh keutamaan hidup. Nyata-nyata bahwa keyakinan, “Jangan percaya orang asing. Suami yang setia itu tidak ada. Menteror dan aksi coret-coret itu fun” telah berkembang dalam masyarakat kita. Ini yang menjadi tantangan nyata bahwa keutamaan hidup yang diwariskan oleh para leluhur tentang kasih kepada sesama, membantu orang lain, kesetiaan dan juga penghormatan terhadap karya para seniman mengalami goncangan yang keras.
Semoga visi tentang keluarga memampukan penonton untuk merawat keutamaan hidup dari para leluhur.