KOLASI atau pertemuan para imam dan perwakilan Dewan Paroki se Kevikepan Surakarta, Keuskupan Agung Semarang (KAS), diadakan di Gereja Santo Paulus Kleco, Surakarta, Rabu (22/3/2017).
Kolasi diawali dengan ucapan selamat datang dari Pastor Paroki Santo Paulus Kleco Rama Ag. Suwartana Susilo, MSF. Kemudian doa pembuka yang dibawakan oleh pengurus Dewan Paroki Kleco. Selanjutnya, acara perkenalan para suster dan imam yang baru saja ditugaskan (berkarya) di Kevikepan Surakarta.
Dua narsum
Vikaris Episkopalis (Vikep) Surakarta Rama Antonius Budi Wihandono, Pr menyampaikan, kolasi kali ini menampilkan dua narasumber, yaitu penggiat anak berkebutuhan khusus (ABK) di Surakarta, Agustinus Kris Widianto, dan Tim Bedah Rumah Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi, Kabupaten Klaten.
“Apa yang dilakukan oleh Pak Agus dan Tim Bedah Rumah Paroki Wedi ini sesuai dengan Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) yaitu terwujudnya peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman. Hal ini juga sesuai dengan Arah Dasar KAS, dan tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) KAS, yakni Aku Pelopor Peradaban Kasih,” kata rama.
Pada kolasi itu, Tim Bedah Rumah Paroki Wedi diwakili oleh Pastor Kepala Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Rama Andrianus Maradiyo, Pr, Sekretaris Dewan Paroki Wedi Laurentius Sukamta, dan Kabid Pelayanan Kemasyarakatan Agustinus Frankosa.
Program Bedah Rumah Paroki Wedi
Dalam paparannya, Rama Maradiyo menjelaskan, program bedah rumah di Paroki Wedi ini dilatarbelakangi oleh beberapa motivasi:
- Pertama, komitmen Gereja terhadap kaum miskin.
- Kedua, Gereja dipanggil untuk terlibat dalam suka duka masyarakat terutama kaum miskin (Gaudium et Spes 1).
- Ketiga, Konferensi Uskup-Uskup Asia (FABC) yang menyerukan agar Gereja Asia memberikan perhatian dan mengutamakan kaum miskin.
- Keempat, identitas Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) sebagai “Gereja Papa Miskin”. Gereja yang perhatian dan mendahulukan kaum miskin. Gereja yang menaruh perhatian kepada kaum miskin yang di KAS dikenal dengan sebutan kaum “kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel” (KLMTD) secara nyata.
- Kelima, sebagai salah satu wujud konkret pemanfaatan Dana Papa Miskin (Danpamis) Paroki Wedi.
Program bedah rumah adalah upaya bersama (yang dilakukan oleh umat dan masyarakat sekitar) untuk memperbaiki (atau membangun) rumah warga miskin yang tidak layak huni. Bedah rumah ini dilakukan baik dalam skala ringan maupun berat.
Tujuan bedah rumah ini untuk memberi sapaan dan perhatian kepada umat, serta membantu meringankan beban penderitaan kaum miskin yang rumahnya tidak layak huni. Sedang sumber dana bedah rumah berasal dari dana papa miskin (Danpamis) Paroki Wedi, serta kemurahan hati umat dan masyarakat sekitar.
Dampak bedah rumah yang dilakukan Paroki Wedi ini ternyata sungguh luar biasa.
- Pertama, rumah warga miskin yang telah “dibedah” menjadi semakin layak huni, sehat dan nyaman.
- Kedua, mampu menumbuhkan serta memperkuat kembali rasa solidaritas dan kemurahan hati umat dan masyarakat sekitar.
- Ketiga, nilai-nilai kearifan budaya lokal (local wisdom) seperti semangat gotong royong mulai tumbuh kembali.
- Keempat, umat dan masyarakat sekitar belajar peduli dan berbagi. Karena dalam bedah rumah ini, umat dan warga sekitar ada yang menyumbang tenaga, dana, material, konsumsi, dan sebagainya. Dan kelima, dengan keterlibatan warga non Katolik dalam bedah rumah ini diharapkan dapat membangun persaudaraan sejati.
Sekadar informasi, program bedah rumah ini mulai dilakukan pada bulan November 2014 sampai sekarang. Dan sampai kolasi hari itu (Rabu, 22/3/2017), bedah rumah sudah terlaksana sebanyak 39 kali.
Mekanisme bedah rumah ini sangat sederhana.
- Pertama, ada usulan (rumah yang akan di-“bedah”) dari pengurus lingkungan.
- Kedua, tim paroki melakukan survei atas usulan itu. Ketika usulan itu disetujui, maka tim paroki akan memberikan bantuan (berupa dana atau bahan material) sesuai kebutuhan.
- Ketiga, pelaksanaan bedah rumah.
Tim Bedah Rumah Paroki Wedi selalu menekankan agar bedah rumah ini dilakukan dengan gotong-royong yang melibatkan umat lingkungan dan warga sekitar. Jangan sampai di-borongke (dikerjakan pemborong). Karena “roh” dari program bedah rumah ini adalah keterlibatan dan gotong-royong semua pihak.
Ternyata, program bedah rumah di Paroki Wedi ini mendapat tanggapan dan apresiasi yang positif dari peserta kolasi. Mereka menanyakan berbagai hal terkait program bedah rumah ini.
“Bedah rumah yang dilakukan Paroki Wedi sungguh baik. Ini salah satu bukti bahwa Gereja itu peduli dan berpihak kepada kaum miskin. Program bedah rumah ini sangat menginspirasi bagi paroki-paroki lain,” ucap Yohanes Widi Utomo, Dewan Paroki Santa Maria Assumpta Klaten.