Komitmen Internal

0
38 views
Ilustrasi -(Ist)

Jumat, 16 Agustus 2024

Yeh. 16:1-15.60.63 atau Yeh. 16:59-63;
MT Yes. 12:2-3.4bcd.5-6;
Mat. 19:3-12

MENYATUKAN dua insan dengan karakter yang berbeda dalam suatu ikatan pernikahan memanglah tidak mudah. Pasalnya, masing-masing memiliki perbedaan dari segala aspek. Bukan segi fisik, yaitu laki-laki maupun perempuan. Melainkan dari segi cara memperlakukan ‘hidupnya’ sendiri.

Bertahun-tahun bahkan puluhan tahun hidup di lingkup yang berbeda, pola asuh yang tidak sama, lalu tiba-tiba bertemu dan tiba-tiba saling mengucap rindu. Apalagi menikah bukan hanya soal satu hingga dua tahun tinggal bersama, melainkan selamanya.

Tahapan menuju mahligai rumahtangga adalah sebuah proses yang harus benar-benar diperhatikan. Pasalnya hanya terjadi sekali seumur hidup. Jika tidak dipikirkan dengan matang dan menimbang beragam aspek, pernikahan bisa saja kandas dan menyibakkan luka.

“Meskipun hidup penuh dengan rintangan, setiap kesulitan yang kami hadapi bisa menjadi tangga menuju harapan dan kemajuan,” kata pasutri.

“Kami mengawali hidup rumahtangga dari bawah, modal dari orangtua adalah doa restu bukan harta benda. Kami menyadari hanya komitmen dari dalam hati kami masing-masing akan bisa mewujudkan mimpi membangun keluarga yang sejahtera.

Inilah yang terjadi, ketika kami kehilangan semangat dan bahkan tersesat. Komitmen terhadap kasih dan pengampunan ditagih dari kami berdua.

Kami tetap utuh sampai detik ini, karena ada ketekunan. Dan dukungan dari orang-orang terkasih, kami dapat mengatasi tantangan dan menemukan kekuatan dalam diri kami untuk terus maju,” ujar mereka.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Pernikahan adalah sebuah perjalanan yang melibatkan lebih dari sekadar cinta romantis. Ini adalah komitmen untuk saling mendukung dan bertumbuh bersama dalam segala aspek kehidupan.

Ketika Yesus mengatakan, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu,” Dia menegaskan bahwa dalam pernikahan, individu yang berbeda menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.

Yesus mengajarkan bahwa pernikahan adalah persatuan yang sakral dan abadi, di mana dua individu menjadi satu kesatuan yang utuh.

Kenyataan bahwa “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan menjaga ikatan pernikahan dengan sepenuh hati.

Dalam kehidupan sehari-hari, pernikahan sering menghadapi berbagai tantangan. Namun, ajaran ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap tantangan, terdapat panggilan untuk memperdalam komitmen kita dan mencari solusi bersama daripada menyerah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku punya komitmen dalam menghidupi cinta dalam mahligai rumah tangga?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here