Kamis, 27 April 2023
- Kis. 8:26-40.
- Mzm. 66:8-9,16-17,20.
- Yoh. 6:44-51.
TUBUH tua itu terkulai di ranjang. Raga yang lemah tidak mampu lagi merawat diri sendiri. Segalanya perlu bantuan.
Wajah itu pasrah namun tidak gerah, karena dia percaya sepenuh hati bahwa hidup dan mati itu kuasa Tuhan.
“Saya sepenuhnya percaya pada Tuhan, bahwa Dia punya rencana dalam hidupku,” kata bapak itu dengan pasti.
“Saya bersyukur saat ini, boleh mengalami perhatian dan kasih sayang dari saudara dan anak-anak,” ujarnya.
“Pelayanan rohani dari Gereja, dengan menerima doa dan komuni suci,” lanjutnya.
“Inilah kekuatan yang membuatku yakin, Tuhan sungguh mencintaiku,” tegasnya.
“Setiap menerima komuni suci saya seperti diteguhkan dan diingatkan, bahwa siapa yang makan tubuhKu dan minum darah-Ku, akan hidup selamanya,” katanya.
“Ragaku akan kembali menjadi tanah, tetapi jiwaku mendapat jaminan hidup abadi,” tegasnya.
“Sakit dan deritaku saat ini, menjadi jalanku untuk mencari Tuhan yang terungkap dalam kasih yang tiada tara dalam ekaristi,” urainya.
“Tuhan hadir dan memberikan diri-Nya bagi keselamatanku,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Tubuh dan darah Kristus dalam Sakramen Ekaristi, adalah sungguh sumber, puncak dan jaminan tertinggi kehidupan kita.
Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya, Dominicae Cenae, mengatakan: “Gereja dan dunia sangat membutuhkan penghormatan kepada Ekaristi.
Di dalam Sakramen cinta ini, Yesus sendiri menantikan kita. Karena itu, tidak ada waktu yang lebih berharga daripada menemui Dia di sana.
Dalam penyembahan dan kontemplasi dengan penuh iman, dan siap memberikan silih bagi kesalahan besar dan ketidakadilan yang ada di dunia. Penyembahan tidak boleh berhenti.”
Memberikan perhatian penuh cinta kepada Tubuh Kristus adalah panggilan kita untuk mengalami intimitas dnegan Kristus.
Maka menjadi pertanyaan bagi kita, sejauhmana kita mengusahakan, merindukan dan menyambut sang Roti Hidup, Tubuh, dan Darah Kristus itu.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah balasanku atas seluruh pengorbanan dan pemberian Diri-Nya bagiku?