Komunitas

0
303 views
Kelompok CLC (Christian Life Community) Bandung. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 2 Juni 2022
Bacaan I: Kis. 22: 30; 23: 6-11
Injil: Yoh. 17: 20-26
 
BEBERAPA waktu yang lalu, kami komunitas CLC (Christian Life Community) mengadakan misa mengenang 40 hari alarmahum Sr. Birgitta OSU, pendamping CLC menghadap Tuhan.

Pada saat Perayaan Ekaristi, ada banyak anggota CLC atau yang menyebut diri sebagai CLC  datang dan mengikuti Perayaan Ekaristi. Hampir semua yang hadir sungguh-sungguh merasakan kehilangan sosok Sr. Birgitta sehingga menghadirkan banyak kenangan dalam diri mereka yang hadir.
 
Hal yang menarik bagi saya adalah kehadiran banyak anggota CLC sehingga selain mengenang Sr. Birgitta yang sudah berpulang juga menjadi semacam reuni para anggota CLC.

Banyak yang hadir sudah lupa satu sama lain karena sudah lama tidak bertemu, maka ada kesempatan untuk memperkenalkan diri. Mereka kebanyakan sudah lama bergabung menjadi anggota CLC, sejak mereka masih mahasiswa atau pelajar.

Banyak pula pasangan yang hadir pada saat itu berjumpa pasangannya di CLC. Pada saat perkenalan, kami yang muda-muda banyak terkejut; karena baru tahu bahwa ibu ini atau bapak itu ternyata adalah anggota CLC.
 
Di sela-sela mereka berkangen-kangenan saya sempat bicara dengan seorang teman muda (bercanda):

“Wah luar biasa ya, hari ini banyak yang hadir, bahkan yang selama ini tidak kita kenal hadir. Sepertinya harus ada yang meninggal lagi agar banyak anggota CLC yang mau berkumpul.”

Teman saya tertawa terbahak. Bercandaan itu muncul karena ada keprihatinan diantara kami tentang kehadiran teman-teman. Beberapa kali kami komunitas lokal di Bandung mengadakan perayaan ekaristi atau acara-acara untuk komunitas lokal yang hadir tidak sampai sepuluh orang.

entu yang tidak hadir karena kesibukan kerasulan mereka. Bahkan pertemuan komunitas dalam kelompok masing-masing sering tidak terjadi atau kalaupun diadakan banyak yang tidak hadir. Sementara komunitas (artinya menjadi bagian komunitas dan berkomunitas) adalah salah satu pilar penting bagi cara hidup ber-CLC).
 
Pada saat saya menyebut diri sebagai anggota CLC berarti dengan sadar saya mau memberikan diri untuk berkomunitas, CLC tanpa komunitas rasanya bukan CLC karena dari namanya sendiri adalah Komunitas Hidup Kristiani (Christian Life Community).

Tentu semua akan menyebut diri sebagai anggota CLC karena dalam hidup sehari-hari menghayati spiritualitas Ignatian; tentu itu betul dan amat baik dan khas.

Namun penghayatan spiritualitas adalah salah satu pilar yang sama penting dan khas dengan penghayatan hidup berkomunitas. Semua merasa dan menyebut bahwa aktivitas sehari-hari adalah bentuk dan perwujudan kerasulan CLC, tentu tidak salah juga akan tetapi ini kerasulan saya sebagai pribadi atau kerasulan komunitas masih harus direfleksikan.
 
Pengalaman merayakan ekaristi mengenang 40 hari Sr. Birgitta menyadarkan betapa penting hidup komunitas yang menyatukan dan sekaligus menunjukkan kekhasan atau ciri anggota CLC.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus dalam doanya menyebut kesatuan para muridNya termasuk kita semua, seluruh Gereja adalah ciri atau bukti bahwa hubungan Kristus dengan Bapa dan Hubungan Kristus dengan para murid dan Gereja-Nya.

“Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here