Konferensi Para Uskup Italia: Paus Setujui Perubahan Teks Doa “Bapa Kami” dan “Kemuliaan”

0
1,204 views
Ilustrasi: Berdoa di depan patung Maria. (Ist)

KONFERENSI Waligereja Italia melalui Ketua “KWI”-nya Kardinal Gualtiero Basseti mengumumkan di akhir bulan Mei 2019 lalu bahwa Paus Fransiskus telah menyetujui usulan Konferensi Waligereja Italia yang sejak beberapa bulan lalu telah berprakarsa ingin mengubah teks rumusan Doa Bapa Kami dan Doa Kemuliaan.

Perubahan teks rumus doa itu dilakukan bukan hanya sekedar alasan “salah terjemahan”, melainkan juga telah terjadi salah “pemahaman” atas makna teologis di balik rumusan teks doa tersebut.

Perubahan rumus teks doa itu terjadi di buku terjemahan revisi ketiga atas buku Missale Romano.

Menurut Avvenire –harian terbitan Konferensi Para Uskup Italia, produksi buku terjemahan revisi ketiga atas buku Missale Romano masih akan makan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya diterbitkan.

Persetujuan internal di kalangan para Uskup Italia itu sudah terjadi sejak bulan November 2018 lalu. Proposal perubahan itu kemudian diajukan kepada Tahta Suci untuk dimintakan pertimbangan dan persetujuannya melalui Kongregasi Ibadat Suci dan Tata Tertib Sakramen-sakramen –semacam “Kementerian” dalam Pemerintahan Vatikan yang mengurusi dan memonitor tata tertib liturgi dan lainnya.

Sudah di bulan November 2018 lalu, para Uskup Italia menyetujui perubahan rumusan teks doa Bapa Kami sebagai berikut:

  • Teks lama itu berbunyi:  “and lead us not into temptation”  — “dan jangan masukkan kami dalam pencobaan”
  • Teks baru versi hasil perubahan nantinya  berbunyi:  “do not let us fall or be abandoned into temptation” – “jangan biarkan kami jatuh atau tertinggal dalam pencobaan.”

Perspektif teologis

Mari kita lihat perbedaan penting dalam perubahan teks tersebut dari perspektif bahasa dan teologi.

  • Teks yang berbunyi: “jangan masukkan kami….” ini seakan-akan Tuhan sudah selalu punya rencana untuk memasukkan kita ke dalam pencobaan. Berarti, dari sononya Tuhan sudah “punya rencana” secara intensional ingin memasukkan kita terjerat masuk dalam godaan atau pencobaan.
  • Teks baru yang berbunyi: “jangan biarkan kami jatuh …” ini menegaskan kehendak dan tekad untuk untuk tidak pernah berkenan kita bisa jatuh dalam dosa. Berarti, sudah dari sononya, Tuhan senantiasa  menjaga kita agar tidak jauh dalam dosa.

Perubahan kedua yang diusulkan juga terjadi pada rumus teks Doa Kemuliaan.

  • Teks lama: “Peace on Earth to people of good will.”  — “Damai di Bumi bagi orang yang berkehendak baik.”
  • Teks baru versi hasil perubahan: “Peace on Earth to people beloved by God.” – “Damai di bumi kepada orang yang dikasihi Allah.”

Mari kita bahas makna perubahan itu dari segi bahasa dan makna teologi di dalamnya.

  • Teks lama itu  memberi kesan dan pesan bahwa damai di bumi itu bisa saja terjadi, hanya  karena manusia punya kehendak baik. Berarti, potensi itu  bisa “datang” dari manusia, tanpa adanya campur tangan Tuhan.
  • Teks baru menyebutkan bahwa damai di bumi itu hanya akan bisa terjadi, kalau manusia tergerak terlebih dahulu oleh kasih Allah yang mencintainya. Karena cinta Allah itulah yang kemudian menggerakkan manusia untuk akhirnya “melahirkan” damai di bumi. “Potensi” awal datang dari Allah, bukan dari manusia.

Mengapa perlu “perubahan” teks?

Prakarsa Konferensi Para Uskup Italia yang telahmengajukan proposal perubahan rumus teks doa itu terjadi, setelah di tahun 2017 Paus Fransiskus menerbitkan dokumen bertitel Magnum Principium yang artinya Prinsip Utama.

Dokumen Prinsip Utama itu merekomendasi terjadinya terjemahan yang harus pas sesuai menurut kebutuhan bahasa umat Katolik di wilayahnya masing-masing.

Perubahan itu dimungkinkan, karena Paus Fransiskus ingin menghembuskan “angin segar” baru bahwa perubahan itu bisa saja datang dari “bawah” –dalam hal ini Konferensi Para Uskup— daripada hanya selalu mengandalkan “dari atas” yakni Tahta Suci.

Usulan Konferensi Para Uskup Italia di tahun 2018 itu sendiri sudah mendapat “lampu hijau” persetujuan dari Kongregasi untuk Ibadat Suci dan Tata Tertib Sakramen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here