RS Santo Vincentius adalah sebuah Rumah Sakit Umum (RSU) dan berlokasi di Jl. Pangeran Diponegoro 5 Singkawang, Kalimantan Barat. Rumah sakit ini mengusung motto pelayanan yang berbunyi: “Dengan kasih, aku melayani” (bdk. 1 Korintus 13:1-13).
Karya awal misi para suster misionaris biarawati Kongregasi SFIC ke Bumi Borneo –tepatnya di Singkawang, Kalimantan Barat— itu terjadi atas undangan Pater Prefek yakni Mgr. Pacificus Bos OFMCap atas nama Saudara-saudara Dina Kapusin dan umat muda katolik Kalimantan Barat. Atas undangan tersebut, maka pada tanggal 28 November 1906, mendaratlah lima orang suster SFIC perintis karya misi di Borneo.
Baca juga:
- Mengenal Lebih Dekat Kongregasi Suster Biarawati SFIC di Kalimantan Barat (1)
- Dr. Nurtanti Indiyani MPh, Direktris Baru RS St. Vincentius Singkawang, Kalbar (1)
- Melihat Kembali Sejarah 173 Tahun Kongregasi Suster SFIC: 24 Juni 1844 – 2017 (3)
- Jatuh Cinta, Bermain Suster-susteran Sampai Didikan Asrama, Awal Sejarah Panggilan Hidup Religius Empat Suster SFIC.
Karya awal para suster misionaris biarawati SFIC generasi pertama justru terjadi di Singkawang dan bukan Ibukota Pontianak, Kalbar. Karya misi awal para suster misionaris SFIC ini mengadopsi medan karya kasih. Hal itu dikerjakan antara lain dengan karya riil mendukung para pastor misionaris Kapusin dalam upaya membawa Kabar Gembira melalui jalur pendidikan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat: mengajar putera-puteri masyarakat lokal, merawat orang sakit, orang kusta, menampung anak yatim-piatu dan terlantar.
Awal berdirinya RS St. Vincentius Singkawang
Selain mendidik kaum muda, para suster misionaris SFIC generasi awal itu juga merawat orang sakit sejak awal kedatangan mereka di Singkawang. Yang bisa mereka kerjakan adalah membagi obat dan membalut luka-luka.
Di tahun kedua sejak kedatangan suster SFIC yang menginjakkan kaki di Bumi Borneo pada tahun 1908, dokter militer lalu membuka klinik rakyat di Singkawang. Di situ dan setiap pagi pkl. 08.00 orang-orang sakit diberi obat secara gratis dan dibalut lukanya oleh para suster misionaris SFIC ini.
Di rumah itu ada beberapa kamar yang kecil untuk pasien yang sakit berat, yang dipungut dari jalan. Suster-suster SFIC ini merawat pasien-pasien ini dengan sentuhan kasih, membawa makanan beberapa kali sehari untuk mereka dan menjaga kebersihan.
Dokter militer pun menjadi senang. Orang-orang Dayak lokal yang waktu itu tidak atau belum mengenal apa itu suster biarawati juga merasa senang dibantu pemulihan kesehatannya. Mereka melihat sendiri betapa para suster SFIC ini bekerja tanpa pamrih.
Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa para suster misionaris ini rela bekerja dan dengan wajah gembira mau merawat orang sakit yang kotor.
“Sebagai orang beriman, kita tahu bahwa Tuhan akan memberi ganjaran dan memang demikianlah yang terjadi. 30 pasien yang dirawat di sana, 18 orang sembuh secara rohani dan kemudian mereka menyediakan diri untuk menerima baptisan. Yang meninggal 12 orang dan dua di antaranya tetap memeluk keyakinan religius lokal,” demikian bunyi penggalan sejarah.
Salah satu dari dua pasien yang ingin dibaptis itu berkata kepada Sr. Alexia SFIC, katanya: “Saya mau mengabdi Allah yang disembah oleh para suster, sebab Dia yang mengutus orang-orang demikian, memang Allah yang baik.”
Pada tahun 1910 berhasil dibangun bangunan rumah sakit kecil tetapi rapi. Di hari Minggu tanggal 6 September 1910 diberkatilah bangunan RS mungil itu oleh Pastor Beatus dengan mengadopsi nama pelindung St. Vincentius à Paulo.
Itulah sebabnya, sampai sekarang rumah sakit di Singkawang ini bernama RS. St. Vincentius.