PANGGILAN hidup bakti sebagai religius suster biarawati sungguh menjadi sebuah kesaksian bahwa ada orang-orang spesial yang mendarmabaktikan hidup sepenuhnya kepada Tuhan melalui Gereja-Nya.
Melalui karya doa dan pastoral, para suster religius biarawati ini ingin memberi kesaksian nyata bahwa hidup untuk Tuhan dan Gereja-Nya itu juga merupakan bentuk penghayatan hidup sosial yang membahagiakan.
Tidak hanya bagi para suster pelaku hidup bakti itu saja, tapi juga masyarakat umum; khususnya umat katolik.
Seperti kata Yesus sendiri: “Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Bapa – Ecce Venio.”
12 Suster SFIC
Dan inilah buktinya. 12 suster yubilaris SFIC di Pontianak, Kalbar, telah memberi kesaksian nyata itu dengan kilas panjang sejarah hidup mereka.
Para suster SFIC itu kini sudah merangkai jejaknya melakoni hidup bakti ‘berkarier’ sebagai suster SFIC selama 70, 60, 40, dan 25 tahun.
Dalam momen ini juga ada lima suster yunior yang mengucapkan ikrar setia seumur hidup.
Pengantar singkat itu mengawali perayaan penuh syukur pesta hidup membiara suster yubilaris dan kaul kekal anggota Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC).
Berikut adalah nama-nama suster yang merayakan pesta hidup membiara dan mengucapkan kaul kekal:
- 70 tahun hidup membiara: Sr. Aloysia Limai SFIC dan Sr. Anastasia Parang SFIC.
- 60 tahun hidup membiara: Sr. Jeanne Marie Punggak SFIC.
- 40 tahun hidup membiara: Sr. Cornelia Sainon SFIC dan Sr. Yohanila Nilawati SFIC.
- 25 tahun hidup membiara: Sr. Valentina Soda SFIC dan Sr. Marselina SFIC.
Suster yang mengucapkan kaul kekal
- Sr. Asteria Suati,SFIC dari Paroki Salib Suci Ngabang, Keuskupan Agung Pontianak.
- Sr. Filomena SFIC dari Paroki Salib Suci Noyan, Keuskupan Sanggau.
- Sr. Patricia Fitra Weni SFIC dari Paroki St. Agustinus dan Mattias Darit Keuskupan Agung Pontianak.
- Sr. Pelagia Agnes SFIC dari Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak.
- Sr. Flora Yuliana SFIC dari Paroki Salib Suci Ngabang, Keuskupan Agung Pontianak.
Perayaan syukur kebiaraan ini berlangsung pada Sabtu, 29 Oktober 2022 di Gereja Katedral St. Yosef Pontianak. Misa syukur dipimpin oUskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus.
Berani tinggalkan zona nyaman
Hadir juga Uskup Emeritus Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap serta belasan imam konselebran.
Dalam homilinya, Bapa Uskup Agung Pontianak berkisah tentang perjalanan panggilannya yang tidak mudah.
Uskup yang hobi menyanyi ini mengatakan demikian.
Ketika tengah mengalami pergulatan dalam panggilan, ia kemudian teringat akan pengalaman para misionaris -imam, bruder dan suster- di mana mereka berani keluar dari zona nyaman demi panggilan mereka. Meninggalkan keluarga pergi ke tempat asing dengan aneka perbedaan bahasa, budaya dll.
“Ketika saya, waktu itu sebagai masih pastor muda diutus untuk studi di USA Amerika, tiba-tiba saya mendapat telegram bahwa ayah saya meninggal. Hati saya begitu sesak, sedih karena tidak mungkin pulang ke Kalimantan,” kenangnya.
Dalam situasi duka, Mgr. Agus berkonsultasi dengan seorang pastor misionaris Kapusin yang menjadi misionaris di Kalimantan Barat: Pastor Savio OFMCap.
“Pastor Savio (almarhum) memberi peneguhan kepada saya bahwa para misionaris juga mengalami pergulatan yang sama. Namun ketika seseorang menjawab ya untuk diutus, maka dia sudah siap meninggalkan segalanya, bahkan keluarganya sekalipun,” ungkap Mgr. Agustinus Agus.
Kepada para suster pestawati, ,onsinyur berpesan untuk menilik kembali kisah ‘heroik’ perjalanan panggilan para suster pendahulu yang gigih berjuang hingga akhir.
“Tantangan pasti ada, entah zaman dulu terlebih lagi zaman sekarang. Orang yang konsekuen bertahan dalam panggilannya ia akan menerima imbalan 100 kali lipat tanpa batas. Bahwa pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup kekal,” ungkapnya mengutif perikop Injil Matius 19:29.
Bersama keluarga yubilaris
Misa syukur ini juga dihadiri oleh keluarga para suster pestawati, sahabat, kenalan serta tamu undangan.
Perwakilan pihak keluarga dari para suster dalam sambutannya memiliki harapan yang sangat besar bahwa para suster menjunjung tinggi kesetiaan dalam panggilannya.
Sambutan para pestawati diwakilkan oleh Sr. Marselina SFIC, yubilaris 25 tahun membiara. “Semoga dengan kekuatan Tuhan mutiara yang sudah kami raih tidak kami lepaskan hanya karena hal-hal yang sepele dan tidak berarti,” ungkapnya
“Bersama Bapa Fransiskus dari Assisi dan Suster Teresia van Miert, kami juga dalam kesempatan ini berkata mari kita bangkit dan memulai lagi karena sampai saat ini kita belum berbuat apa-apa,” lanjutnya penuh harap.
Harapan senada disampaikan oleh Provinsial Kongregasu SFIC Provinsi Indonesia”Sr. Yulita Imelda SFIC. Ia mengatakan, pencapaian panggilan hingga 70, 60, 40 dan 25 tahun ini bukan waktu yang pendek, melainkan kurun waktu yang amat panjang.
“Banyak ‘misteri’ terjadi di sana,” ungkap suster biarawati asal Kuala Dua, Sanggau, Kalbar.
Hal ini bisa menjawab pertanyaan , misalnya, mengapa orang bisa bertahan sebegitu lama dan setia melakoni cara hidup bakti bersemangatkan triprasetya: hidup dalam kemurnian, ketaatan dan kemiskinan.
“Kami atas nama persaudaraan SFIC Provinsi Indonesia mengucapkan proficiat, selamat dan bahagia bagi para suster jubilaris dan suster yang baru saja mengikrarkan janji setia seumur hidup.
Banyak salam, doa dan kasih serta perhatian dari dewan general, dewan pimpinan dan semua anggota kongregasi dari berbagai provinsi dimana SFIC berada,” ungkap Sr. Yulita Imelda SFIC.
Mgr. Agus dalam sambutannya menyampaikan bahwa peran seorang pemimpin dalam hidup berkomunitas persaudaraan itu sangat penting.
“Sebagai pimpinan diharapkan mampu mengambil peran sebagai orangtua, sebagai bapak, sebagai ibu keluarga besar suster SFIC.
Pemimpin harus mampu menggantikan keluarga asal suster itu sendiri. Karena terdapat banyak kemungkinan yang akan terjadi baik itu suka maupun duka dalam hidup bersama,” pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah di aula Persekolahan Suster Pontianak Jl. Ar. Hakim, belakang Gereja Katedra St. Yosef Pontianak.