Rangkuman Benang Sejarah CIJ
“KAMI mau toeroet Yesoes.”
Ini menjadi seruan kerinduan awal dari para gadis Flores untuk terlibat dalam karya agung Tuhan.
Seruan ini terpatri rapi di lembar sejarah Kongregasi suster pribumi pertama di daerah misi Kepulauan Sunda Kecil yang kelak “dibaptis” dengan nama Congregatio Imitationis Jesu (CIJ) – Kongregasi Pengikut Yesus.
Bagaimana semua itu berawal? Perang Dunia Pertama, pengusiran misionaris di banyak daerah misi, dan kehadiran ensiklik Maximum Illud yang ditetapkan oleh Paus Benediktus XV tahun 1919.
Semua itu menjadi tonggak sejarah bagi putera-puteri di daerah misi untuk terlibat dalam “misio Dei”: untuk berperan dalam tugas-tugas hidup untuk kebaikan umat manusia dan alam semesta.
Mgr. Peter Noyen SVD, Prefek Apostolik saat itu, bekerja keras merealisasi seruan ini (Bdk. Korsin: 2010).
Ia meminta tenaga bruder, suster dan imam untuk mengurus perbengkelan, pembangunan, kesehatan, pendidikan dan pastoral.
Setahun kemudian -tepatnya tahun 1920- seruan Paus ini sampai juga ke telinga ketiga gadis dari Ili (Sikka): Maria Veronika, Lusia Lise. dan sahabatnya. Mereka mau turut Yesus, selamanya.
Pater Johann Köberl SVD menangkap kerinduan mereka dan menyampaikannya kepada Mgr. Arnold Verstraelen SVD, yang saat itu menjabat sebagai Vikaris Apostolik menggantikan Mgr. Peter Noyen SVD yang meninggal 24 Februari 1921 di Steyl.
Diskursus mendirikan biara pribumi bagi puteri-puteri lokal makin kuat seiring dengan rencana pembukaan seminari kecil bagi putera-putera pribumi.
Rerum Ecclesiae
Terbitnya Ensiklik Rerum Ecclesiae oleh Paus Pius XI tahun 1926 menyulut percepatan pembentukan biara religius untuk putera-puteri daerah di tanah misi.
Empat tahun kemudian –tepatnya tahun 1930– dimulailah formasi dasar. Ini melibatkan 14 calon.
12 orang dari Flores dan dua calon dibawa oleh seminaris yang bernama Gabriel Manek (kemudian menjadi Uskup dan pendiri Tarekat PRR) dan Mataloko tercatat namanya sebagai ladang awal bagi persemaian benih panggilan CIJ di Bumi Flobamora.
Selanjutnya 1933, Jopu dipilih menjadi tempat formasi para calon Suster, yang saat itu berjumlah 13 orang.
Setelah perjalanan panjang 15 Maret 1935 terbitlah dekrit pendirian Kongregasi Pengikut Yesus ditandatangani dan dimaklumkan oleh Mgr. Heinrich Leven SVD, Vikaris Apostolik Kepulauan Sunda Kecil saat itu.
Pada Hari Raya Kabar Sukacita, 25 Maret 1935,
dengan diterimanya jubah biara di Jopu, sejarah panjang CIJ mulai terulur. (Berlanjut)
PS: Artikel ini ditulis bersama Sr. Ivonny Kebingin CIJ
Terimakasih Pater ??