INILAH daftar kandidat paus dengan tingkat probalilitas terpilih menurut harian La Repubblica. Tentu berita ini harus dibaca dalam perspektif sebuah opini media massa dan sama sekali tidak mewakili Gereja Katolik Semesta dan apalagi ke-115 kardinal elector pengikut Konklaf 2013.
Mereka adalah Kardinal Leonardo Sandri, Kardinal Odilo Pedro Scherer, Kardinal Malcolm Ranjith. Yang mungkin menjadi Sekretaris Negara/Menlu Vatikan adalah Kardinal Giuseppe Bertello atau Kardinal Mauro Piacenza.
Beberapa kardinal yang disebut sebagai pembaharu Gereja adalah Kardinal Angelo Scola dari Milano dan Kardinal Marc Ouellet dari Quebec, Kanada.
Mari lupakan saja La Repubblica dan kita lihat nama-nama lain sebagaimana muncul di harian-harian non Italia.
Setelah 2 kali Tahta Suci dipimpin oleh Uskup Roma berdarah Polandia dan Jerman, kini muncul lagi desakan public melalui koran agar kekuasaan Tahta Suci kembali lagi di tangan para Kardinal berdarah Italia. Namun, media lainnya menggulirkan isu lain agar sebaiknya Tahta Suci diberikan kepada kardinal-kardinal progresif dari belahan dunia lain seperti Amerika, Eropa Timur, Afrika dan bahkan Asia.
Berikut ini, prediksi beberapa media non Italia mengenai probabilitas para kardinal meraih kepercayaan dari 115 kardinal elector untuk menjadi paus berikutnya:
· Kardinal Peter Erdo, Uskup Agung Esztergom, Budapest, Hungaria
Dua kali terpilih menjadi Ketua Presidium Konferensi Para Uskup Eropa, Kardinal Erdo boleh dibilang memiliki jaringan pengaruh kuat di kalangan para kardinal di daratan Eropa dan Afrika. Dia menjadi ujung tombak Gereja Katolik Eropa dalam upayanya membina dialog iman dengan Gereja-gereja Ortodoks Timur. Kini usia beliau ‘masih’ 60 tahun. Boleh dibilang, Kardinal Erdo menjadi ‘jembatan’ penyeberangan antara kultur Eropa Barat dan Eropa Timur;
· Kardinal Norberto Rivera Carrera dari Meksiko
Sekarang, kardinal ini berumur 70 tahun dan sangat populer baik di tanah kelahirannya sendiri di Meksiko maupun di Vatikan lantaran sejak tahun 2005 sudah menjadi ‘papabili’ dalam Konklaf 2005 yang akhirnya melambungkan nama Paus Benedictus XVI. Meski dikenal sangat konservatif di Gereja Meksiko, namun kardinal ini sangat progesif dalam pemikiran mengenai isu-isu sosial, globalisasi dan anti korupsi.
· Kardinal Robert Sarah dari Guinea
Dalam usianya yang ke 67, Kardinal ini dipercaya Vatikan untuk mengurusi jaringan Cor Unum, sebuah lembaga karitatif Vatikan. Beliau dikenal sangat konservatif dalam urusan mengenai praktik aborsi dan homoseks.
· Kardinal Joao Braz de Aviz dari Brasilia
Meski baru dilantik menjadi kardinal tahun 2012 lalu, kini dalam usianya yang ke-64 Kardinal ini dipercaya memimpin Kongregasi Urusan Kaum Berjubah. Sebagai orang asli dari Brazilia, kardinal ini sangat pro dengan gerakan teologi pembebasa dimana gereja tidak hanya ‘berteologi’ dalam tataran pemikiran, tapi juga terjun dalam praksis yakni membebaskan kaum miskin dan tertindas.
· Kardinal Oscar Andres Rodriguez Maradiaga dari Honduras, Amerika Latin
Tahun 2005 saat konklaf akhirnya memilih Kardinal Joseph Ratzinger menjadi Paus, kardinal ini juga ikut dalam sidang eleksi paus baru itu. Kini dalam usianya yang sudah tidak muda lagi –umurnya 71 tahun– nama kardinal ini tetap moncer di Honduras sebagai penggerak di belakang layar proses lengsernya Presiden Zelaya dari kekuasaan. Ia juga tidak rishi dengan menuduh bahwa jaringan intel Yahudi ada di belakang gerakan media massa yang akhir-akhir ini rajin ‘mengumbar’ berita kasus skandal asusila yang melibatkan banyak imam di AS.
· Kardinal Sean O’Malley, Uskup Agung, Massachussetts, AS
Berasal dari Ordo Fransikan, kardinal ini tentu saja berpenampilan sangat sederhana karena suka memakai sandal daripada sepatu. Di kalangan papabili, dia dikenal sebagai uskup agung yang sederhana, santun, dan cerdas dalam mencermati kasus-kasus pedofilia yang AS yang membuat Vatikan terpesona. Beliau sangat berpengalaman dalam tata kelola pastoral di negara-negara berkembang karena pernah terjun sebagai misionaris Fransiskan di Chile dan Karibia—keduanya di Amerika Latin.
· Kardinal Marc Ouellet dari Quebec, Kanada
Ia adalah Uskup Agung emeritus untuk Diosis Quebeq, teritori berbahasa Perancis di Kanada. Dipandang sebagai orang yang punya jaringan kuat jalur Vatikan-Amerika Utara-Amerika Latin, sosok kardinal ini dianggap mumpuni untuk membangun Gereja Katolik Semesta yang terbentang dari Eropa sampai Amerika latin. Dalam usianya yang ke-68, beliau dipercaya Tahta Suci sebagai kepala kantor para uskup sedunia.
· Kardinal Gianfranco Ravasi dari Italia
Usianya kini sudah 70 tahun dan tetap menjadi Kepala Dewan Urusan Kebudayaan Vatikan. Berhasil membangun jaringan sekuler dengan berbagai kelompok awam radikal di seluruh darata Eropa, kardinal ini juga berhasil menciptakan Biennale Art Fair.
· Kardinal Leonardi Sandri dari Argentina
Sudah lama berkantor di Vatikan, adalah kardinal ini yang resmi mengumumkan kematian Sri Paus Johannes Paulus II di Roma tahun 2005 silam. Waktu itu, beliau bekerja sebagai staf utama di Kantor Sekretariat Negara Vatikan. Profilnya cukup akrab bagi telinga orang Italia, karena dari tubuhnya mengalir darah campuran Italia dan Argentina.
·
Kardinal Odilo Pedreo Scherer dari Brazilia
Sekarang ini, beliau menjadi Uskup Agung Sao Paolo, diosis terbesar dengan umat katolik terbanyak di seluruh dunia. Dalam usianya yang ke-63, kardinal berdarah campuran Jerman dan Brasil ini punya segudang pengalaman kerja di lingkungan Vatikan. Boleh dibilang, kardinal ini merupakan ‘melting pot’ antara tradisi lama dan tradisi baru dalam Gereja. Dia sangat aktif mendukung gerakan teologi pembebasan.
·
Kardinal Christophy Schoenborn dari Austria
Datang dari Ordo Dominikan, kardinal yang berusia 68 tahun ini adalah murid didikan Paus Benedictus XVI ketika masih menjadi professor teologi di Jerman. Karyanya intelektualnya teruji ketika menjadi editor utama untuk buku Katekismus Katolik. Di pundaknyalah, harapan akan pembaruan Gereja bisa diwujudkan.
· Kardinal Angelo Scola dari Keuskupan Agung Milano, Italia
Akankah dia bisa mengikuti jejak para pendahulunya yakni menjadi Paus dari Diosis Milano? Dua paus sebelumnya juga pernah menjadi Uskup Agung Milano, diosis terbesar nomor dua dengan jumlah umat katolik terbesar nomor dua di seluruh dunia. Kini, kardinal ini berusia 71 tahun dan dikenal sebagai kardinal yang cakap dan intelektual untuk urusan biomedik. Beliau mendirikan Oasis Foundation yang membina hubungan baik berupa dialog konstruktif Katolik-Islam dan dikenal sangat ‘seirama’ dengan garis pemikiran Paus Benedictus XVI dalam urusan hubungan dialog antaragama. Dia juga dikenal ahli manajemen keuangan—hal penting yang menjadi tantanngan gereja.
· Kardinal Luis Antonio Tagle, Uskup Agung Manila, Filipina
Inilah kardinal termuda dan datang dari Asia Tenggara. Dikenal luas sebagai kardinal yang ramah, murah senyum, dan akrab dengan dunia pers, kardinal Tagle berdarah campuran China dan Filipina.
· Kardinal Peter Kodwao Appiah Turkson dari Ghana, Afrika
Kini berusia 64 tahun dan lama menjalani pendidikan imamatnya di AS, kardinal ini sekarang memimpin Kantor Urusan Justice and Peace di Vatikan.
· Kardinal Donald Wuerl, Uskup Agung Washington, AS
Dikenal sebagai pria ramah dan ahli berkomunikasi dengan media, teolog sekaligus administrator yang andal, maka pilihan terhadap Kardinal ini bisa semakin terbuka ketika Gereja membutuhkan seorang administrator yang hebat.
· Kardinal Timothy Michael Dolan, Uskup Agung New York, AS
Lahir tahun 1950, Kardinal ini adalah uskup agung ke-10 New York dan dipilih sebagai ketua Konferensi Para Uskup AS. Meski menjadi uskup agung di Big Apple of New York, namun kardinal ini dikenal sebagai pribadi yang konservatif. Sebelum menjadi Uskup Agung Big Apple, kardinal ini menjadi Uskup Agung Milwaukke di Negara Bagian Wisconsin. Majalah Time bahkan pernah menjuluki kardinal ini sebagai “100 Most Influentail People in the World” sepanjang tahun 2012.
Photo credit: Para kardinal potensial menjadi paus baru (Ist)