Konsekuensi Mengkhianati Pengutusan

0
19 views
Jangan mengkhianati pengutusan
  • Bacaan 1: Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28
  • Injil: Mat. 21:33-43,45-46

Setiap selesai Misa Ekaristi, romo selalu menutup dengan kalimat, “Mari kita pergi kita diutus.” Diutus untuk apa? Sebagai pengikut Kristus, kita telah menerima rahmat pembaptisan yang disertai dengan pencurahan Roh Kudus.

Artinya kita dipilih untuk bermisi dan mewartakan Kabar Sukacita Allah, Keselamatan yang datang dari Allah.

Perumpamaan dalam bacaan hari ini menjelaskan bagaimana konsekuensi mereka yang menolak diutus. Para penggarap, telah dipercaya dan diutus untuk mengelola kebun Anggur. Namun mereka terjerumus dalam ketamakan dan irihati, sehingga “melenceng” dari tanggung jawab semula sebagai penggarap kebun Anggur.

Allah tetap setia mengingatkan mereka dengan mengutus para utusan-Nya dan terakhir adalah Anak-Nya sendiri. Namun semuanya berakhir tragis dan dibunuh. Penolakan mereka sebagai penggarap akan menghadapi konsekuensi berat,

“Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.

Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”

Satu hal positif pesan dari perumpamaan tersebut adalah, kesempatan bagi penggarap lain (bangsa-bangsa lain) untuk menggarap (mengelola) “kebun Anggur”. Menghadirkan Kerajaan Allah dan berkat bagi sekitar kita.

Anak-anak Yakub juga mengingkari tanggung jawab pengutusan untuk menggembalakan ternak mereka. Bukannya fokus menggembala, malah memikirkan bagaimana cara membinasakan adik bungsu mereka, Yusuf.

Ruben dan Yehuda, tampil sebagai utusan Allah untuk mengingatkan saudara-saudara mereka agar tidak terjerumus ke dalam dosa pokok tamak dan irihati sehingga tidak menghasilkan dosa lain yaitu pembunuhan Yusuf.

Pesan hari ini

Kita telah menerima rahmat pembaptisan dan terpilih sebagai “penggarap lain kebun Anggur-Nya”. Mari kita garap dengan sepenuh hati agar menghasilkan buah, yaitu menghadirkan Kerajaan Allah dan berkat di sekitar kita.

Jangan menolak rahmat dan pengutusan-Nya, agar tidak dihukum binasa kekal serta kehilangan menjadi bagian ahli waris “kebun-Nya”.

“Kita menjadi bijak bukan karena masa lalu, tetapi karena tanggung jawab akan masa depan.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here