Konsili Vatikan II dan Gerakan Ekumenis (2)

0
188 views
Suasana sidang Konsili Vatikan II (Ist)

KONSILI Vatikan II diprakarsai dan dipanggil oleh Paus Yohanes XXIII (1881-1963). Dengan maksud dan tujuan agar supaya seluruh Gereja Katolik memperbaharui diri (1959). Gereja perlu lebih siap menghadapi aneka tantangan zaman pada akhir abad 20.

Paus mengharapkan suatu pembaharuan mendalam mampu mempererat persatuan semua orang yang percaya akan Yesus Kristus, Tuhan dan penyelamat semua orang (segi ekumenis).

Yohanes XXIII menyadari tanda-tanda zaman sebelum globalisasi yang mulai dibicarakan. Seluruh kehidupan gerejani membutuhkan pembaharuan sesuai dengan semangat injili, supaya Roh Kudus yang menjiwai Gereja menjadikannya sarana pembaharuan dan persatuan dunia. (bdk. A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja IX).

Buah Konsili Vatikan II

Salah satu hasil dari konsili ini adalah apa yang dikenal sebagai Unitatis Reintegratio, dokumen tentang ekumenisme atau pemulihan kesatuan. Di awal dokumen itu dikatakan demikian:

“Mendukung pemulihan kesatuan antara segenap umat kristen merupakan salah satu maksud utama Konsili Ekumenis Vatikan II. Sebab yang didirikan oleh Kristus Tuhan ialah Gereja yang satu dan tunggal.

Sedangkan banyak persekutuan kristen membawakan diri sebagai pusaka warisan Yesus Kristus yang sejati bagi umat manusia. Mereka semua mengaku sebagai murid-murid Tuhan, tetapi berbeda-beda pandangan dan menempuh jalan yang berlain-lainan pula, seolah-olah Kristus sendiri terbagi-bagi.

Jelaslah perpecahan itu terang-terangan berlawanan dengan kehendak Kristus, dan menjadi batu sandungan bagi dunia, serta merugikan perutusan suci, yakni mewartakan Injil kepada semua makhluk.” (UR art 1).

Ilustrasi – Semangat bersama dalam Pekan Doa Sedunia di Kabupaten Temanggung. (Pemda Kabupaten Temanggung)

Apa itu ekumenisme

Dokumen ini juga mencatat juga apa yang dimaksud dengan ekumenisme. Di sana dikatakan:

“Yang dimaksudkan dengan Gerakan Ekumenis ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat Kristen.

Misalnya pertama, semua daya-upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan -yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran- tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah; dan karena itu, mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka;

Kemudian, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai Gereja atau Jemaat, yang diselenggarakan dalam suasana religius, “dialog” antara para pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang kepada masing-masing peserta untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelas menyajikan corak cirinya.” (UR 4).

Patut diingat bahwa meski akhirnya Gereja-gereja ini memiliki perbedaan, keyakinan akan Kristus sebagai penyelamat menjadi pengikat. Salah satu usaha yang dilakukan adalah apa yang dikenal sebagai Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani.

Mengenai ritual tahunan ini, kita bisa memberikan kredit penghormatan kepada Pastor Paul Wattson, seorang imam dari Gereja Episcopalian yang kemudian berpindah menjadi seorang imam Katolik. Dialah yang menginisiasi Pekan Doa Sedunia ini tahun 1908. (Berlanjut)

Baca juga: Apa dan Bagaimana Pekan Doa Sedunia (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here