- Yes: 50:4-7.
- Mzm. 22:8-9.17-18a.19-20.23-24.
- Flp. 2:6-11.
- Mrk. 14:1-15.47/ Mrk.15:1-39
BANYAK manusia dalam mencapai dan memenuhi hasrat dan keinginannya tidak lagi dengan cara-cara yang sewajarnya, kejujujuran.
Hati nurani seakan sudah hilang, sehingga konspirasi jahat digunakan sebagai cara untuk mencapai tujuan. Tidak peduli lagi apa yang dirasakan orang lain, yang penting hasrat dan keinginannya tercapai.
Kedekatan pribadi antara seorang dengan seorang lainnya, kalau salah tujuannya akan bisa menimbulkan konspirasi jahat. Namun banyak orang pandai mengemasnya sebagai sebuah kebaikan.
Padahal tetap saja sebuah konspirasi jahat; adalah sebuah kejahatan namanya.
“Saya sedang susah, bahkan mungkin saya sedang depresi,” kata seorang anak.
“Saya tidak tahu darimana mulai mengungkapkan perasaan dan kegalauan saya,” lanjutnya.
“Saya dibuat stres oleh teman-teman peneilitian saya,” ujarnya.
“Mereka secara bersamaan musuhi saya, setekah terjadi miskomunikasi di antara kami,” sambungnya.
“Masalah itu sebenarnya sudah diluruskan bersama dosen, namun ternyata itu tidak cukup bagi mereka. Mereka masih menyimpan dendam dan amarah kepada saya,” sambungnya lagi.
“Lalu mereka secara bersamaan membentuk grup tanpa saya, mendiskusikan data skripsi tanpa saya dan semua informasi dirahasiakan dari saya,” katanya sedih.
“Bahkan di belakang saya, mereka membicarakan hal yang tidak benar kepada dosen, sampai dosen memanggil saya dan mengklarifikasi omongan mereka terhadapku,” lanjutnya.
“Untungnya dosen saya bijak, hingga dia tidak begitu saja menerima omongan mereka,” ujarnya.
“Hal yang membuat saya sekarang ini depresi adalah perbuatan mereka yang mengasingkan saya bahkan menjatuhkan nama baik saya,” katanya dengan getir.
“Saya berusaha mengontak mereka, namun tidak pernah digubris. Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Saya merasa berjuang seorang diri dalam perjuangan hidup ini,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.
Hari Raya Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi.
Imam-imam kepala dan Ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, sebab mereka berkata: “Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat.”
Para imam dan Ahli Taurat sudah mengambil keputusan bahwa Yesus harus dibunuh. Karena itu, mereka mencari cara untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan siasat licik.
Mereka sepakat bahwa rencana tersebut tidak dilakukan pada waktu perayaan.
Mereka menunggu saat yang baik untuk melaksanakan rencana jahat itu.
Tentu saja mereka tidak mengerti bahwa mereka tidak dapat menangkap dan membunuh Yesus karena waktu-Nya belum tiba.
Bayang-bayang maut dan salib terus mengintai Yesus selama pelayanan-Nya.
Orang-orang jahat di sekitar-Nya merancang kejahatan untuk membunuh-Nya.
Dengan tenang, Yesus menjalani semuanya dan berjalan menuju jalan salib yang semakin dekat.
Jalan via dolorosa, yaitu jalan kesengsaraan harus ditempuh-Nya demi keselamatan kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku berani dan siap mengikuti jalan via dolorosa?