Home BERITA Kontroversi Penebangan Pohon Palem Raja di Seminari Mertoyudan: Alasan Penebangan (1)

Kontroversi Penebangan Pohon Palem Raja di Seminari Mertoyudan: Alasan Penebangan (1)

0
Pemandangan khas di halaman depan kompleks Seminari Mertoyudan: deretan pohon palem raja yang sudah eksis sejak tahun 1950-an dan kini ditebang habis pada pertengahan Juli 2016. (Mathias Hariyadi)

BERIKUT ini kami sampaikan edaran dari Rektor Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan — Romo TB Gandhi Hartono SJ– menjelaskan latar belakang historis dan alasan-alasan pokok mengapa pihak Seminari berketatapan harus menebang pohon-pohon palem raja yang sejak tahun 1950-an telah menjadi semacam ikon visual di halaman depan Seminari. Teks asli ini kami edit demi penyelerasan warna bahasa tanpa mengubah makna, disertai koreksi atas terjadinya salah pengetikan dan lainnya.

PemRed Sesawi.Net

————————-

 Diskresi Penebangan Pohon Palem Raja (Roystonea Regia)

dan Pohon Damar sebagai Penggantinya di Seminari St. Petrus Canisius Mertoyudan

Ciri dan guna: Akar serabut, penyejuk, keindahan, tak bercabang, dan tanaman hias.

Batangbatang mempunyai permukaan halus, terdapat bekas pelepah daun yang gugur. Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium. Luka batang ini tidak tertutup kembali, justru malah membesar dan membusuk. Batang tidak bisa digunakan untuk kayu bakar karena tekstur serat kayu yang lunak.  Akar menyebar secara horisontal dan berserabut.

Umur: 20 tahun (sehat), tinggi maksimal bisa 30 m.

Penyakit: Jamur (luar) dan virus, ulat (serangga) – menyerang dari dalam dan pembusukan.

Palem Raja di Seminari

Pohon-pohon ini mulai ditanam sejak tahun 1950-an sebagai perindang halaman depan Seminari dan sudah beberapa kali mengalami peremajaan.

Kurun waktu selama 10 tahun terakhir  (2006-2016): terjadi dua kali peremajaan.

Tahun 2007: dua pohon dan tahun 2011 ditanam empat pohon (ukuran 5-7 m).

Palem raja menjadi salah satu ikon di seminari. Para seminaris dan tamu yang masuk komplek seminari selalu disambut oleh keindahan pohon ini.

Baca juga: 

Perkembangan tahun-tahun terakhir sebelum penebangan

  • Tahun 2010: dua pohon palem raja mengalami keropos dan ditebang.
  • Tahun 2011: dua pohon ditebang karena termakan jamur, keropos dan sebagai pengganti ditanam empat buah pohon (ukuran tinggi 5-7 m) seharga @ Rp 750.000.
  • Tahun 2012: pelepah jatuh menimpa sepeda karyawan. Sepeda rusak, namun karyawan bisa menghindar sehingga selamat.
  • Minggu ke-2  bulan Desember (saat minggu kunjungan): ranting dahan pohon pinus kering jatuh menimpa kepala seminaris MP dan meninggal. Peristiwa musibah yang sangat memprihatinkan warga seminari dan beruntung keluarga bisa menerima kenyataan musibah ini secara iman.
  • Tahun 2012 : Pada perayaan memperingati 100 tahun Seminari Mertoyudan, kami sudah diingatkan oleh Bpk. Sudarmono selaku konsultor Seminari dan pemerhati tanaman hias agar segera  mengganti pohon palem raja. Alasan pokoknya adalah mudah terjadi pembusukan dari dalam dan sulit dikenali dari luar batangnya. Ia juga telah memberi informasi  bahwa palem raja bisa tiba-tiba tumbang dengan sendirinya tanpa ada gejala yang menyertainya. Dengan dasar ini, maka ia sendiri juga tidak menanam jenis pohon ini.
  • Tahun 2013: pelepah kering jatuh dan menimpa mobil projek lapangan basket/futsal dan kaca mobil pecah.
  • Tahun 2015: Dalam konteks penataan lingkungan dilakukan penghijauan dengan penanaman 100 pohon di komplek seminari. Penghijauan dilakukan oleh Bapak Uskup KAS mendiang Mgr. Johannes Pujasumarta  dan para pemerhati dan donatur Seminari bertepatan dengan peresmian dapur.  Pada saat itu pula, kami sekali lagi diingatkan oleh  Pak Sudarmono untuk segera mengganti pohon palem raja. Alasannya adalah penyebaran penyakit (serangga) yang menyerang batang muda pohon palem dan juga serangan jamur batang yang sudah menyerang sebagian besar pohon dikuatirkan membahayakan penghuninya.
  • Dua kali masukan penting dari Pak Darmono itu tidak kita tindaklanjuti, karena pohon palem merupakan ikon Seminari Mertoyudan dan  kehadirannya juga memberi keindahan dan kesejukan.
  • Awal 2016: pelepah jatuh di sebuah lokasi setelah lima menit ditinggalkan oleh tamu yang kebetulan ada di titik lokasi pelepah jatuh.
  • Juni 2016 (awal): pohon flamboyan dipotong karena keropos di bagian tengah dan sebagian besar atas kering mati.
  • 25 Juni (siang): Temu akbar alumni melakukan penanaman 75 buah pohon baru di lokasi Seminari Mertoyudan dan pemupukan pohon bagian belakang.
  • 30 Juni (pkl 5 sore): satu pohon palem (usia lebih dari 15 tahun tumbang) dan jatuh melintang di jalan depan patung Petrus Canisius.
  • 11 Juli (pkl 9 an): pohon palem muda di tengah dan merupakan hasil penanaman tahun 2011 patah dan tumbang melintang di antara tanaman dan jalan masuk Seminari. Kondisi pohon yang tumbang: busuk dengan bau sangat menyengat, banyak lalat dan ulat di bagian tengah pelepah. Saat tumbang kondisi cuaca cerah dan angin sangat tenang.
  • Catatan lain: dahan kering palem raja sulit dijatuhkan karena selain ketinggian dan ulet dahannya. Biasanya dahan kering itu akan jatuh dengan sendirinya. Hal ini sangat membahayakan kalau menimpa orang di bawahnya. Lima kali tiang lampu penerangan rusak karena ketiban dahan kering.

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version